Momen Idul Adha Belum Dapat Dongkrak Ekonomi Indonesia, Ini Faktornya

9 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Idul Adha di antara masyarakat muslim di seluruh Indonesia identik dengan tradisi pemotongan hewan kurban, hingga kegiatan masak dan makan bersama keluarga serta kerabat terdekat.

Namun, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira memperkirakan momen idul adha tidak mendorong pengeluaran masyarakat secara signifikan.

Lantaran, masyarakat cenderung berada di sekitar rumah dan tidak melakukan perjalanan dan berbelanja di mal atau pusat perbelanjaan. Hal ini memberikan dampak yang relatif kecil pada perekonomian domestik.

“Idul Adha jadi momen yang lebih menguatkan kohesi sosial lingkungan sekitar. Memasak dan memakan daging kurbannya juga di rumah,” kata ungkap Bhima kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Alhasil, efek ke pendapatan transportasi hingga restoran dan perhotelan jauh lebih kecil dibanding momen libur lebaran Idul Fitri dan natal-tahun baru, jelas Bhima.

Kedua, jika ada kenaikan ekonomi maka lebih terkait transaksi jual beli hewan kurban. Bhima menyebut, daerah sentra penghasil sapi dan kambing yang akan mendapat manfaat dari hasil transaksi sekitar Rp18-19 triliun per tahun.

Rupiah Diramal Sentuh Rp16.300 Terhadap USD pada Momen Idul Adha 2025

Selain itu, Bhima memperkirakan posisi Rupiah berpeluang menembus level 16.300 terhadap dolar AS pada momen Idul Adha 2025.

"(Rupiah) punya potensi menguat di 16.300 (terhadap USD). Penguatan kurs Tupiah didorong oleh penurunan rating surat utang pemerintah AS sehingga ada windfall investasi portfolio ke negara berkembang termasuk ke Indonesia,” ungkap Bhima kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (21/5/2025).

BI Rate Dipangkas Jadi 5,50%, Ini Alasannya

Pertumbuhan kredit perbankan yang rendah menjadi alasan Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI-Rate menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,25%.

"Peran kredit perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi perlu terus ditingkatkan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam RDG Bank Indonesia Mei 2025, secara virtual, Rabu pekan ini.

Kinerja Kredit Perbankan

Bank Indonesia (BI) mencatat, kinerja kredit perbankan pada April 2025 tumbuh sebesar 8,88% (yoy), lebih rendah dari 9,16% (yoy) pada Maret 2025.

Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit oleh bank (lending standard) masih baik, terutama pada sektor pertanian, LGA (Listrik, Gas, dan Air), dan jasa sosial.

Kemudian, kondisi likuiditas perbankan secara umum masih memadai, namun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung melambat dari 5,51%(yoy) pada awal Januari 2025 menjadi 4,55%(yoy) pada April 2025.

"Kondisi ini mendorong persaingan dalam pendanaan antar bank dan perlunya memperluas sumber pendanaan lainnya di luar DPK," ujarnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |