Liputan6.com, Jakarta - Perekonomian global saat ini tengah diliputi ketidakpastian akibat berbagai faktor, mulai dari perang dagang antar negara hingga keputusan Bank Sentral Amerika Serikat yang mempertahankan suku bunga.
Pengamat Emas Ibrahim Assuaibi, menilai kondisi ini turut memengaruhi pergerakan harga emas di pasar. Meskipun terdapat potensi penurunan harga emas, koreksi yang terjadi diperkirakan tidak terlalu signifikan, hanya sekitar Rp10.000 hingga Rp15.000 per gram.
"Kemungkinan besar hanya Rp10.000-Rp15.000 (harga emas turun). Karena tanda-tanda juga-juga Rupiah menguatkan," kata Ibrahim kepada Liputan6.com, Jumat (9/5/2025).
Namun, nilai tukar Rupiah diprediksi akan kembali melemah dalam waktu dekat, terutama pada akhir pekan, yang pada akhirnya akan menahan laju penurunan harga emas.
Kendati demikian, dengan kondisi tersebut, harga logam mulia diperkirakan tetap stabil dan bertahan di atas level Rp1,9 juta per gram. Situasi ini justru menjadi peluang strategis bagi masyarakat untuk mulai mengoleksi logam mulia, baik dalam bentuk emas batangan maupun perhiasan.
"Nah tetapi di hari Jumat (9/5) kemungkinan Rupiah melemah. Melemah mata uang Rupiah ini kemungkinan besar akan menahan laju penurunan harga logam mulia. Sehingga logam mulia masih stabil ya di level di atas Rp1,9 jutaan lah," ujarnya.
Kesempatan Bagi Masyarakat Beli Emas
Dengan kondisi tersebut, harga logam mulia diperkirakan tetap stabil dan bertahan di atas level Rp1,9 juta per gram. Situasi ini justru menjadi peluang strategis bagi masyarakat untuk mulai mengoleksi logam mulia, baik dalam bentuk emas batangan maupun perhiasan.
"Sebenarnya itu kesempatan ya bagi masyarakat untuk membeli logam mulia atau mas perhiasan dalam kondisi saat ini," ujarnya.
Secara prospektif, harga emas diprediksi akan terus meningkat dalam jangka pendek hingga panjang. Pada tahun 2025, harga emas bahkan berpotensi mencapai kisaran USD 3.700 per troy ounce.
"Karena jangka pendek pun juga harga emas di tahun 2025 itu bakal ke USD3.700-an," kata Ibrahim.