Liputan6.com, Jakarta Indonesia kaya akan sumber daya alam, khususnya tanaman herbal yang sejak dahulu digunakan untuk menjaga kesehatan. Mulai dari rempah-rempah dapur hingga tumbuhan liar di sekitar rumah, masyarakat Nusantara terbiasa meracik bahan alami menjadi obat tradisional. Kini, pengetahuan turun-temurun itu bukan hanya bermanfaat secara medis, melainkan juga membuka peluang bisnis yang menjanjikan.
Salah satu kisah menarik lahir dari Bali, lewat sosok Bambang Pranoto, pendiri Minyak Kutus Kutus yang kini berevolusi menjadi Minyak Sanga Sanga. Perjalanannya bukan sekadar kisah sukses, tetapi juga transformasi penuh inspirasi, dari keterbatasan pribadi hingga melahirkan produk fenomenal yang dipercaya banyak orang.
Awalnya, Bambang tidak pernah berniat menekuni bisnis minyak herbal. Setelah pindah dari Jakarta ke Bali, ia justru membuka warung makan sederhana. Namun, sebuah kecelakaan mengubah jalan hidupnya.
"Orang-orang itu biasanya kalau terkilir panggil tukang pijat. Waktu itu, saya pijat ke 1-2 orang, tapi bukannya sembuh malah tambah parah. Akhirnya saya ke dokter, tapi saat itu kata-kata dokter justru bikin saya makin down. Setelah itu saya memutuskan untuk merenung. Dari sini mulai tercetus ide membuat minyak herbal untuk mengobati kaki saya sendiri," cerita Bambang.
Meski tanpa latar belakang medis maupun keahlian membuat minyak, Bambang tetap bertekad dan melakukan riset mandiri. Ia belajar dari pustaka lokal hingga pengamatan langsung di sebuah pura di Bali, tempat di mana pengetahuan herbal masih dilestarikan.
"Dari situ akhirnya saya membuat minyak pertama saya menggunakan bahan-bahan herbal yang ada di sekitar tempat tinggal saya. Jumlahnya ada 49 bahan herbal yang saya gunakan untuk minyak ini," jelasnya.
Setelah tiga bulan rutin mengoleskan minyak buatannya, kakinya yang semula sulit digerakkan mulai membaik. Dalam enam bulan, Bambang kembali bisa berjalan normal. Kesembuhan itu menjadi titik balik besar dalam hidupnya.
Setelah sembuh, Bambang membagikan sisa minyak racikannya kepada tetangga dan kenalan lain yang sedang berkunjung ke Bali. Respon yang di dapat di luar dugaan, banyak orang merasa cocok dan merasakan manfaat nyata dari minyak herbal tersebut.
"Karena banyaknya permintaan, akhirnya saya mulai mencoba untuk produksi sendiri. Tapi, tantangannya karena base oil-nya adalah minyak kelapa, jadi baunya kurang sedap dan gampang tengik. Saya pun mulai melakukan berbagai percobaan agar baunya lebih enak dan disukai banyak oang," ujarnya.