Perbankan di Amerika Diminta Waspadai Jaringan Pencucian Uang China

15 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Departemen Keuangan Amerika Serikat meminta lembaga keuangan di negara itu untuk mengawasi dugaan jaringan pencucian uang asal China yang disebut mengalirkan dana guna memperkuat peredaran fentanyl (obat sintesis berbahaya) di berbagai komunitas AS.

Dalam sebuah imbauan pada Kamis (28/8/2024), bank, broker, dan lembaga lainnya diminta waspada terhadap operasi yang bekerja sama dengan kartel narkoba Meksiko.

Dilansir dari ABC News pada Minggu (31/8/2025), pemerintahan Presiden Donald Trump menyerukan agar bank menandai sejumlah nasabah yang dinilai berpotensi menjadi pencuci uang bagi kartel.

Kelompok tersebut termasuk warga negara China seperti mahasiswa, pensiunan, hingga ibu rumah tangga dengan kekayaan yang tidak jelas asal-usulnya, serta mereka yang menolak memberikan informasi mengenai sumber dana.

Departemen Keuangan menilai banyak dari orang-orang itu tanpa sadar bekerja sama dengan kartel untuk menghindari aturan kontrol mata uang di China yang membatasi konversi valuta asing individu sekitar USD 50.000 per tahun.

Tidak jarang, warga China menghindari batasan tersebut dengan menggunakan bank bawah tanah untuk menukar uang ke mata uang asing, termasuk dolar AS.

Hingga Kamis, Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan komentar.

Donald Trump Izinkan 600.000 Mahasiswa China Masuk Ke Universitas Di Amerika

Pada hari yang sama, Jaringan Penegakan Kejahatan Keuangan (Financial Crimes Enforcement Network/FinCen) merilis laporan soal meluasnya jaringan pencucian uang asal China.

Laporan itu menyebut, hubungan jaringan tersebut kini meluas ke perdagangan manusia hingga pusat penitipan lansia di New York yang dijadikan sarana pencucian uang.

FinCen menganalisis lebih dari 137.000 laporan berdasarkan Undang-Undang Kerahasiaan Bank (Bank Secrecy Act) periode Januari 2020 hingga Desember 2024, dengan total aktivitas mencurigakan senilai sekitar USD 312 miliar.

Tahun lalu, aparat menemukan kemitraan kompleks antara Kartel Sinaloa (kartel narkoba terbesar) di Meksiko dengan kelompok perbankan bawah tanah asal China di AS. Jaringan itu diduga mencuci sekitar USD 50 juta dari hasil penjualan fentanyl, kokain, dan narkoba lain, menurut jaksa federal.

Instruksi agar bank lebih waspada terhadap mahasiswa dan warga negara China muncul seiring pernyataan Presiden Donald Trump mengenai izin masuk 600.000 mahasiswa China masuk ke universitas-universitas Amerika

“Saya mendengar begitu banyak cerita tentang kita yang tidak akan mengizinkan mahasiswa mereka, tetapi kita akan mengizinkan mahasiswa mereka masuk. Kita akan mengizinkannya. Ini sangat penting, 600.000 mahasiswa," ujar Trump dalam pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di Oval Office, Senin lalu.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |