Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Akbar Himawan Buchari, mengatakan pengusaha muda di Indonesia siap menjadi mitra Badan Gizi Nasional (BGN) dalam pembangunan 30 ribu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Ekosistem program makan bergizi gratis ini bisa juga kita menjadi salah satu yang menjadi kontribusi Dalam percepatan pembangunan 30 ribu dapur di seluruh Indonesia," kata Akbar dalam Sosialisasi Kredit Program Perumahan HIPMI dengan Menteri PKP, di Jakarta, Minggu (7/9/2025).
Ia menegaskan bahwa program pembiayaan perumahan yang diluncurkan pemerintah bisa disinergikan dengan program prioritas Presiden Prabowo Subianto, yakni makan bergizi gratis (MBG). Menurutnya, keberadaan rumah dan fasilitas usaha yang didukung kredit ini dapat menjadi fondasi untuk membangun 30 ribu SPPG.
Akbar menyebut, banyak pengusaha muda HIPMI yang siap denga adanya fasilitas kredit hingga Rp 20 miliar, para pelaku usaha bisa mempersiapkan infrastruktur, mulai dari dapur produksi hingga tempat distribusi.
"Kita siap mensukseskan program Pak Presiden Prabowo Makan bergizi gratis dengan menjadi mitra SPPG. Ini yang menjadi concern utama apabila program ini bisa memberikan tempat dan ruang terhadap teman-teman yang berinvestasi di bidang SPPG bisa mendapatkan fasilitas sehingga bisa menyiapkan tempat," jelasnya.
Manfaat Program Pembiayaan
Lebih lanjut, Akbar menjelaskan, program pembiayaan ini tidak hanya mendorong pembangunan rumah, tetapi juga membentuk ekosistem perumahan yang lebih inklusif. Developer dan kontraktor mendapat kemudahan modal, sementara pelaku UMKM home industry bisa memanfaatkan rumah sebagai tempat usaha.
Ia mencontohkan, pengrajin batik, usaha catering, hingga pelaku UMKM kecil lain yang selama ini masih menyewa tempat bisa memiliki hunian sekaligus lokasi usaha. Dengan begitu, biaya operasional mereka lebih efisien dan usaha bisa berkembang lebih cepat.
"Di sisi lain juga teman-teman ini sekarang yang memiliki usaha home industry, dalam hal ini mungkin pengrajin batik. Dalam hal ini mungkin usaha catering yang tempatnya masih sewa dan tidak punya tempat tinggal sendiri bisa memanfaatkan program ini dari sisi demandnya," ujarnya.
Perkembangan Sektor Properti
Akbar menyampaikan bahwa sektor properti dalam lima tahun terakhir menghadapi tantangan berat akibat penurunan daya beli masyarakat. Kondisi ini membuat banyak pelaku usaha properti, terutama yang berasal dari kalangan UMKM menengah, kesulitan menjaga arus kas usaha mereka.
Menurut Akbar, masalah daya beli yang melemah menyebabkan pasar perumahan tidak bergairah, sehingga penjualan properti stagnan.
“Teman-teman yang bergerak di bidang properti Pada 5 tahun terakhir ini mengalami beberapa kendala Karena daya beli masyarakat kita yang sedang menurun. Artinya, sektor properti ini kurang mendapatkan demand yang bagus,” ujarnya.
Oleh karena itu, HIPMI meminta kepada Pemerintah agar memberikan amnesti atau relaksasi kredit untuk developer yang kesulitan akibat situasi ekonomi.