OPEC+ Setuju Dongkak Produksi Minyak di Juni 2025

3 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - OPEC+ telah setuju untuk mempercepat kenaikan produksi minyak pada Juni 2025. Dengan kesepakatan ini maka ini merupakan keputusan kenaikan dua bulan berturut-turut yang dijalankan oleh OPEC+.

Dalam kesepakatan tersebut organisasi negara-negara produsen minyak beserta sejumlah sekutu seperti Rusia epakat untuk meningkatkan produksi pada Juni sebesar 411.000 barel per hari. 

Kenaikan produksi minyak ini tetap dilakukan meskipun harga minyak mentah tengah mengalami tekanan di tengah ekspektasi pelemahan permintaan dampak dari perang dagang.

Mengutip CNBC, Minggu (4/5/2025), Setelah pertemuan yang dilakukan secara daring selama lebih dari satu jam, kelompok produsen minyak itu mengumumkan peningkatan pasokan, dengan mengatakan fundamental pasar minyak sehat dan persediaan rendah.

Harga minyak turun ke level terendah empat tahun pada April hingga menyentuh di bawah USD 60 per barel setelah OPEC+ mengumumkan peningkatan produksi yang lebih besar dari yang diharapkan untuk Mei. Penurunan harga minyak ini terjadi karena tekanan karena tarif Presiden AS Donald Trump menimbulkan kekhawatiran akan melemahnya ekonomi global.

Sumber OPEC+ mengatakan Arab Saudi mendorong OPEC+ untuk mempercepat pencabutan pemotongan produksi sebelumnya untuk menghukum sesama anggota yaitu Irak dan Kazakhstan karena tidak mematuhi kuota produksi mereka.

Kenaikan tersebut juga mengikuti seruan dari Trump kepada OPEC+ untuk meningkatkan produksi. Trump akan mengunjungi Arab Saudi pada akhir bulan Mei.

Pada Desember, delapan negara OPEC+ yang telah menerapkan pemangkasan produksi terbaru kelompok tersebut sebesar 2,2 juta barel per hari setuju untuk secara bertahap menghapusnya dengan kenaikan bulanan sekitar 138.000 barel per hari mulai April 2025.

Peningkatan pada bulan Juni dari delapan negara tersebut akan menjadikan total kenaikan gabungan untuk bulan April, Mei, dan Juni menjadi 960.000 barel per hari, yang merupakan pengurangan 44% dari pemangkasan 2,2 juta barel per hari.

Harga Minyak Mentah Runtuh jelang Pertemuan OPEC+

Sebelumnya, harga minyak mentah anjlok lebih dari 1% pada perdagangan hari Jumat dan mencatat kerugian mingguan terbesar sejak akhir Maret. Penekan harga minyak karena para pelaku pasar bersikap hati-hati menjelang pertemuan organisasi negara-negara produsen minyak dunia bersama sekutunya (OPEC+) untuk memutuskan kebijakan produksi untuk bulan Juni.

Mengutip CNBC, Sabtu (3/5/2025), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS ditutup 95 sen atau 1,6% menjadi USD 58,29 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent ditutup turun 84 sen atau 1,4% menjadi USD 61,29 per barel.

Tiga sumber mengatakan kepada sebuah kantor berita internasional pada Jumat bahwa Pertemuan OPEC+ dimajukan ke hari Sabtu dari rencana awal hari Senin. Sejauh ini belum ada alasan mengapa pertemuan OPEC+ tersebut dijadwal ulang.

Sua sumber mengatakan, kelompok tersebut yang meliputi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, sedang mempertimbangkan apakah akan melakukan peningkatan produksi minyak mentah yang dipercepat lagi pada Juni atau tetap dengan kenaikan yang lebih kecil.

Bagaimanapun, para pelaku pasar sudah mulai bersiap akan ada pasokan lebih banyak dari OPEC+, berbarengan dengan kekhawatiran adanya perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh perang dagang antara AS dan China telah mendorong para ekonom menurunkan ekspektasi pertumbuhan permintaan untuk tahun ini.

“Pasar ini sekarang hanya tentang OPEC dengan bahkan perang tarif menjadi tidak penting,” kata spesialis energi United ICAP Scott Shelton.

Para pejabat dari Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC+, telah memberi tahu sekutu dan pakar industri bahwa mereka tidak bersedia menopang pasar minyak dengan pemotongan pasokan lebih lanjut. OPEC+ saat ini memangkas produksi lebih dari 5 juta barel per hari.

Perang Dagang

Pelaku pasar juga berhati-hati mengingat kemungkinan de-eskalasi sengketa perdagangan antara China dan AS, setelah Beijing pada hari Jumat mengatakan sedang mengevaluasi proposal dari Washington untuk mengadakan pembicaraan guna mengatasi tarif Presiden AS Donald Trump.

"Ada optimisme terkait hubungan AS-China, tetapi tanda-tandanya masih sangat tentatif," kata kepala kelompok penelitian Onyx Capital Group Harry Tchilinguirian.

Analis UBS Giovanni Staunovo menjelaskan bahwa penurunan harga minyak pada hari Jumat tertahan oleh pasar saham yang meningkat. Wall Street menanjak setelah data pekerjaan AS menunjukkan penggajian meningkat lebih dari yang diharapkan bulan lalu.

Ancaman Trump pada hari Kamis untuk mengenakan sanksi sekunder kepada pembeli minyak Iran juga membantu meredakan sebagian tekanan pada harga minyak, karena dapat memperketat pasokan global.

Ancaman tersebut, yang muncul setelah pembicaraan AS dengan Iran mengenai program nuklirnya ditunda, juga dapat mempersulit pembicaraan perdagangan dengan Tiongkok, yang merupakan importir minyak mentah Iran terbesar di dunia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |