Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar Dolar Amerika Serikat (USD) kembali melemah terhadap Rupiah (IDR) pada Jumat, 23 Mei 2025. Rupiah ditutup menguat 110 poin ke level Rp16.217 per USD, setelah sebelumnya kurs dolar AS sempat menguat 115 poin dari posisi penutupan sebelumnya di Rp16.327.
“Untuk perdagangan Senin mendatang, mata uang Rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif namun tetap menguat di rentang Rp16.140 – Rp16.220,” ujar pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (23/5/2025).
Pelemahan USD terjadi usai DPR AS meloloskan secara tipis Rancangan Undang-Undang (RUU) pemotongan pajak yang diusulkan Presiden Donald Trump.
RUU yang dijuluki “One Big Beautiful Bill” tersebut mencakup pemotongan pajak besar-besaran, peningkatan pendanaan militer dan penegakan hukum perbatasan, serta pemangkasan signifikan pada insentif energi hijau dan program sosial.
Menurut Congressional Budget Office, RUU ini berpotensi menambah utang nasional AS sebesar USD 3,8 triliun dalam satu dekade ke depan.
Tingkat Kredit AS Turun
Situasi ini diperburuk oleh penurunan peringkat kredit AS dari Aaa menjadi Aa1 oleh Moody’s karena meningkatnya rasio utang.
USD juga tertekan karena tekanan diplomatik dari pemerintahan Trump kepada Uni Eropa untuk menurunkan tarif impor barang-barang asal AS. Selain itu, investor masih menanti hasil perundingan nuklir kelima antara AS dan Iran yang berlangsung Jumat (23/5) di Roma, dengan Oman kembali menjadi mediator.
Likuiditas Perekonomian Tetap Tumbuh di April 2025
Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) terus tumbuh pada April 2025.
M2 tercatat meningkat sebesar 5,2% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 6,1% (yoy), dengan nilai total mencapai Rp9.390,0 triliun.
Pertumbuhan ini ditopang oleh meningkatnya uang beredar sempit (M1) sebesar 6,0% (yoy) dan uang kuasi sebesar 2,4% (yoy). BI mencatat bahwa perkembangan M2 terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit serta pergerakan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).
Penyaluran Kredit Tumbuh, Tagihan ke Pemerintah Turun Tajam
Penyaluran kredit perbankan pada April 2025 mengalami pertumbuhan sebesar 8,5% (yoy), sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 8,7% (yoy). Namun demikian, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat mengalami kontraksi tajam sebesar 21,0% (yoy), setelah sebelumnya juga terkontraksi 8,7% (yoy).
Sementara itu, aktiva luar negeri bersih mencatatkan pertumbuhan 3,6% (yoy), menurun dari bulan sebelumnya yang tumbuh 6,0% (yoy).
Uang primer (M0) pada April 2025 tumbuh sebesar 13%, turun dari pertumbuhan Maret 2025 sebesar 21,8% (yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan uang kartal yang diedarkan sebesar 7,3% (yoy) serta peningkatan giro bank umum di Bank Indonesia sebesar 9,9% (yoy).