Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Gas (Pertagas) memastikan penguatan infrastruktur midstream energi di Indonesia Timur. Dengan infrastruktur yang dirancang sesuai kondisi geografis dan potensi lokal, Pertagas optimistis dapat menjadi mitra strategis dalam mendorong monetisasi gas yang berkelanjutan dan pemerataan energi nasional.
Direktur Komersial Pertamina Gas, Kusdi Widodo, mengatakan bahwa konektivitas merupakan faktor kunci dalam mempercepat akses energi di wilayah dengan tantangan geografis tinggi.
“Investasi bukan semata soal pasokan, tapi soal konektivitas. Tantangan utama di Indonesia Timur adalah ketiadaan infrastruktur midstream yang andal untuk menghubungkan sumber gas dengan pasar potensial. Di sinilah pendekatan modular dan hybrid memainkan peran penting,” ujar Kusdi.
Hal ini disampaikan Direktur Komersial Pertamina Gas, Kusdi Widodo, pada sesi panel Concurrent Session The 49th Indonesia Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA Convex) 2025 di ICE BSD City, Tangerang pekan ini.
Pertagas, sebagai operator jaringan pipa transmisi gas terpanjang di Indonesia dan pengelola lebih dari 600 km pipa minyak di Sumatera, dikatakan berperan mendukung penyaluran kebutuhan energi nasional.
Namun untuk menjangkau wilayah timur yang belum terlayani infrastruktur, Pertagas mengimplementasikan pendekatan modular seperti isotank, Floating Storage Unit (FSU), Floating Regasification Unit (FRU), serta pembangunan pipa pendek untuk konektivitas lokal.
Salah Satu Portofolio
Salah satu portofolio di wilayah Indonesia Timur yaitu proyek gasifikasi di Sorong. Di bawah mandat KEPMEN ESDM No. 13.K/2020 lalu, Pertagas berperan dalam mendukung suplai gas ke PLTMG 50 MW.
“Ini bukan hanya proyek kelistrikan, tapi jangkar ekonomi kawasan. Ketika listrik tersedia, permintaan dari sektor logistik, industri, hingga rumah tangga ikut tumbuh,” tambah Kusdi.
Selain itu, untuk menjangkau daerah terpencil yang tidak memiliki jaringan pipa, Pertagas mengembangkan fasilitas virtual pipeline di Bontang, yakni LNG Filling Station berkapasitas 14 MMSCFD dan LNG Cargo Dock yang mendukung pengiriman isotank melalui laut ke kawasan Indonesia Timur. Fasilitas ini dapat menjadi solusi nyata distribusi gas secara fleksibel.
Dalam sesi tersebut, Kusdi juga menyinggung proyek-proyek prospektif di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua Selatan.
"Midstream bukan hambatan, justru menjadi enabler. Mulai dari skala kecil, praktis, dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal — itulah pendekatan kami,” tegasnya.
Ada Aspek Lain
Selain aspek teknis dan komersial, Kusdi juga menyoroti pentingnya aspek sosial dalam keberlanjutan proyek energi.
“Menjaga komunikasi yang kuat dengan komunitas sosial bukan pilihan, tapi keharusan. Kami menjalankan tanggung jawab sosial di sekitar wilayah operasional kami, untuk merangkul masyarakat, memberdayakan, dan memastikan infrastruktur kami memberi manfaat bersama,” kata Kusdi.
Diskusi ini mencerminkan urgensi kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan mitra strategis untuk menciptakan ekosistem energi yang inklusif dan berkelanjutan, khususnya di kawasan Indonesia Timur yang selama ini belum tergarap optimal.
Sebagai bagian dari Pertamina Group dan Subholding Gas PGN, Pertagas dikatakan terus berupaya memperluas perannya tidak hanya sebagai pengangkut gas, tetapi juga sebagai pembuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi kawasan.
“Kami hadir bukan hanya untuk mengalirkan gas, tapi untuk membuka akses dan membangun ketahanan energi jangka panjang,” kata Kusdi.