Liputan6.com, Jakarta - Harga batu bara Newcastle untuk kontrak Juni 2025 pada Jumat, (23/5/2025) berada di posisi USD 105 per ton, cenderung stagnan.
Sedangkan harga batu bara Newcastle untuk kontrak Mei 2025 berada di posisi USD 100,25. Demikian dikutip dari barchart.com.
Pergerakan harga batu bara itu terjadi di tengah pemerintah India telah menetapkan target produksi batu bara India untuk tahun anggaran 2025 sebesar 1,15 miliar ton, sedikit lebih rendah dari target yang ditetapkan pada November sebesar 1,19 miliar ton untuk periode sama. Angka ini lebih tinggi dari total produksi 1,05 miliar ton yang tercatat pada tahun anggaran 2025. Demikian mengutip dari economictimes.indiatimes.com.
Kementerian juga akan mengadakan tiga lelang pada tahun anggaran 2026 untuk tambang komersial di mana 25 tambang berhasil dilelang. Produksi dan pengiriman batu bara dari tambang komersial pada tahun anggaran berjalan ditargetkan sebesar 203,4 juta ton. Tujuh tambang batu bara komersial diharapkan mulai berproduksi pada tahun anggaran berjalan.
Kementerian di India telah merencanakan untuk memiliki kapasitas pasokan batu bara sesuai permintaan kepada konsumen pada tahun anggaran 2047 yang membutuhkan kapasitas batu bara tambahan.
Kementerian telah menetapkan target pembukaan 100 tambang baru dengan maksud untuk menciptakan kapasitas produksi tambahan sebesar 500 juta ton per tahun pada tahun anggaran 2030. Dari jumlah tersebut, 13 tambang telah beroperasi pada tahun anggaran 2025 dengan kapasitas 83 juta ton.
Harga Minyak Merosot Tersengat Potensi Kenaikan Produksi OPEC+
Sebelumnya, harga minyak turun pada perdagangan Kamis, 22 Mei 2025 setelah laporan kalau OPEC+ sedang membahas peningkatan produksi untuk Juli. Hal itu memicu kekhawatiran pasokan global dapat melebihi pertumbuhan permintaan.
Mengutip CNBC, Jumat (23/5/2025), harga minyak Brent turun 47 sen atau 0,72% ditutup ke posisi USD 64,44 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 37 sen atau 0,6% ditutup ke posisi USD 61,20.
Adapun Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ sedang membahas apakah akan membuat peningkatan produksi besar lainnya pada pertemuan pada 1 Juni, demikian dari laporan Bloomberg.
Peningkatan sebesar 411.000 barel per hari (bph) pada Juli merupakan salah satu opsi yang sedang dibahas meskipun belum ada kesepakatan akhir yang dicapai, demikian disebutkan dari laporan itu.
“Kami melihat pasar bereaksi terhadap bukti kalau OPEC melepaskan strategi untuk mempertahankan harga demi pangsa pasar,” ujar Harry Tchiliguirian dari Onyx Capital Group.
OPEC+ telah dalam proses mengakhiri pemangkasan produksi dengan penambahan produksi di pasar pada Mei dan Juni. OPEC+ dapat meningkatkan produksi hingga 2,2 juta barel per hari pada November.
Kenaikan Produksi
Dalam sebuah catatan pada Rabu, analis RBC Capital Helima Croft mengatakan peningkatan produksi sebesar 411.000 barel per hari dari Juli adalah “hasil yang paling mungkin” dari pertemuan tersebut, terutama dari Arab Saudi.
"Pertanyaan utamanya adalah apakah pemangkasan sukarela akan sepenuhnya dihentikan sebelum daun-daun berubah menjadi coklat di banyak bagian dunia, sesuai dengan jadwal pengurangan awal,” kata dia.
Harga sudah lebih rendah dalam sesi tersebut setelah data Badan Informasi Energi yang dirilis pada Rabu menunjukkan persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS menunjukkan peningkatan stok yang mengejutkan minggu lalu karena impor minyak mentah mencapai titik tertinggi dalam enam minggu dan permintaan bensin dan sulingan menurun.