Minyak Atsiri Dilirik Pasar Global, Tapi Ada Tantangannya

5 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian mencatat adanya tren peningkatan permintaan minyak atsiri global. Namun, masih ada sejumlah tantangan yang perlu dihadapi industri lokal.

Inspektur Jenderal Kemenperin, Muhammad Rum menyampaikan tren konsumsi global menunjukkan pergeseran yang signifikan menuju produk-produk berbasis bahan alami dan berkelanjutan. Permintaan terhadap minyak atsiri terus meningkat, terutama dari industri kosmetik alami, aromaterapi, pangan, serta sektor health and wellness yang mengedepankan gaya hidup sehat dan holistik.

"Pada tahun 2024, nilai pasar global mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan diproyeksikan terus meningkat seiring berkembangnya preferensi konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan," ungkap Rum dalam Pmbukaan Aromatika Indofest 2025, di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu (9/7/2025).

Komoditas andalan seperti nilam dan cengkeh yang berasal dari Indonesia telah menjadi tulang punggung industri parfum dan wellness global. Hal ini menjadi peluang besar yang harus dioptimalkan melalui peningkatan daya saing dan nilai tambah di dalam negeri.

Meski ada potensi, industri minyak atsiri nasional masih menghadapi sejumlah tantangan mendasar. Misalnya, kurangnya diversifikasi produk hilir atau hilirisasi.

"Ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan dan berstandar. Terbatasnya akses ke pasar global. Kebutuhan peningkatan kompetensi sumber daya manusia," ucap dia.

Upaya Kemenperin

Kemenperin tak tinggal diam. Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing industri atsiri Tanah Air. Pertama, penetapan industri atsiri sebagai sektor prioritas nasional dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN). Kedua, fasilitasi investasi dan hilirisasi melalui insentif fiskal.

Ketiga, pembangunan regulasi dan standar mutu melalui SNI dan SKKNI. Keempat, perbaikan rantai pasok dan penyusunan database minyak atsiri nasional berbasis web.

Kelima, peningkatan branding dan akses pasar global melalui branding dan keikutsertaan pameran. Keenam, pengembangan SDM dan pendidikan vokasi dan pusat inovasi dan hilirisasi.

Ekspor Minyak Atsiri

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian mencatat ekspor minyak atsiri dari Indonesia tembus USD 259,54 juta atau setara Rp 4,21 triliun (asumsi kurs Rp 16.256). Potensi nilai tambah masih terbuka seiring dengan peluang hilirisasi.

Inspektur Jenderal Kemenperin, Muhammad Rum menyampaikan angka ekspor terbesar disumbangkan dari minyak nilam, salah satu komoditas atsiri. Minyak nilam memegang sekitar 54 persen total ekspor atsiri asal Indonesia.

"Pada tahun 2024, nilai ekspor mencapai USD 259,54 juta, dengan minyak nilam sebagai komoditas utama atau 54 persen dari total ekspor atsiri Indonesia dengan nilai perdagangan sebesar USD 141,32 juta," kata Rum, mewakili Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, di Kantor Kemenperin, Jakarta, Rabu (9/7/2025).

Indonesia Eksportir Minyak Atsiri ke-8

Selain minyak nilam, komoditas atsiri lainnya yang juga mendukung capaian ekspor meliputi minyak pala, cengkeh, cendana, dan serai wangi.

Dia menjelaskan, secara global, Indonesia menempati posisi ke-8 sebagai negara eksportir minyak atsiri dengan kontribusi 4,12 persen terhadap pasar dunia. Namun, sebagian besar produk yang diekspor masih berupa bahan baku mentah.

"Oleh karena itu, penguatan hilirisasi menjadi urgensi strategis agar nilai tambah dari sektor ini dapat dinikmati di dalam negeri dan memperkuat struktur industri nasional yang berdaya saing," ucap dia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |