Liputan6.com, Jakarta Kemiskinan struktural menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia. Lantas, apa yang menjadi masalah adanya kemiskinan struktural?
Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek Indonesia), Mirah Sumirat mengungkapkan bahwa kurangnya kesejahteraan buruh menjadi salah satu pengaruh terjadinya kemiskinan struktural di dalam negeri.
Sebagai informasi, kemiskinan struktural merujuk pada kondisi di mana individu terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sistemik, akibat dari faktor-faktor yang lebih dalam, seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, diskriminasi dan ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya.
Salah satu pengaruh kemiskinan struktural di antara komunitas buruh di Indonesia, Mirah menyebut, adalah penerimaan upah yang rendah pada sejumlah besar pekerja.
Hal ini menjadi isu yang dapat berdampak tak hanya pada buruh, tetapi juga pada pendidikan anak-anak mereka.
“Bagaimana mereka ingin mendapatkan pendidikan yang baik buat putra-putri mereka kalau ada kemiskinan struktural dan sekarang ini kan upah-upah buruhnya juga murah. Misal pada 10 tahun lalu upah buruh itu sangat murah dan masalah tersebut mengantam kesejahteraan buruh. Di sisi lain harapan buruh kan ingin sekali anak-anaknya mendapatkan akses pendidikan sampai mereka serjana,” ujar Mirah kepada Liputan6.com di Jakarta, Selasa (6/5/2025).
“Maka tidak (asing) ketika para pekerja buruh kita itu didominasi lulusan SD dan SMP,” sebutnya.
Upah Buruh Rendah
Mirah lebih lanjut mengatakan, rendahnya upah pada buruh juga menyebabkan akses yang tidak optimal ke layanan kesehatan.
“Lalu bagaimana mereka mendapatkan akses jaminan kesehatan. (Karena mendapat) BPJS kesehatan itu juga bayar. Memang ada Penerima Bantuan Iuran (PBI) tetapi untuk merubah menjadi PBI satu persaratannya sangat sulit ke arah sana. Jadi mereka ya tetap tidak bisa mendapatkan PBI seperti yang dimaksud. Belum lagi obat-obatan yang kadang tidak ada dan kita harus menebus,” jelasnya.
“Jadi kesehatan mereka sulit, pendidikan mereka sulit, dan yang tambah lagi adalah mereka gak mendapatkan bantuan sosial atau bansos,” tambahnya.