Liputan6.com, Jakarta - Menabung untuk membeli rumah menjadi salah satu tantangan finansial bagi sejumlah generasi muda di dalam negeri, tak terkecuali Generasi Z (Gen Z).
Hal ini mengingat semakin tingginya harga rumah di pasar, terutama bagi masyarakat yang tinggal dan bekerja di daerah Jabodetabek.
Seorang karyawan swasta di kawasan Jakarta Selatan, Nabila (28 Tahun) mengaku pembelian rumah dapat dilakukannya melalui cicilan KPR. Namun, menurut dia, pengajuan KPR tidak akan mudah untuk pekerja dengan upah di bawah Rp15 juta. Lantaran, jumlah tersebut harus diseimbangkan dengan biaya kebutuhan sehari-hari.
"Kalau untuk gaji saya sekarang sudah di atas angka minimum (KPR subsidi dan KPR Komersil), tetapi karena saya juga membagi-bagikannya dengan kebutuhan sehari-hari, untuk pengambilan KPR ini mungkin bisa tetapi approval-nya oleh bank mungkin tidak selancar pekerja yang punya gaji di atas Rp15 juta,” ujar Nabila kepada Liputan6.com di Tangerang, Jumat (23/5/2025).
Nabila juga melihat pembelian rumah secara tunai saat ini tidak realistis, mengingat semakin tingginya biaya hidup.
"Saat ini pembelian rumah yang dengan murni kita mengajukan dengan dana sendiri itu juga sepertinya masih belum realistis, karena memang dari segi pendapatan belum cukup untuk membiayai satu rumah full,” ucapnya.
Ia pun menyoroti harga rumah di daerah Jakarta yang sudah melampaui Rp 1 milir- Rp 2 miliar.
"Apabila membeli rumah di daerah pinggiran Jakarta, kita juga perlu uang tambahan terutama untuk transport, untuk akses menuju kota-kota besar tempat kita bekerja.
Jadi terkait hal itu pastinya harga rumah yang cukup lumayan di kota besar dan harga rumah yang mungkin masih kebeli atau masih lebih murah di kota-kota pinggiran, itu juga akan terasa lumayan (berat di biaya),” imbuhnya.
Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?
Melihat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengajukan cicilan/KPR membeli Rumah, Nabila mengungkapkan ia berharap pemerintah untuk menyederharnakan profil pengguna.
"Mungkin bisa dibuat seperti housing plan, sehingga bagi mereka yang bekerja dengan pemerintah bisa diberlakukan kembali pemberian rumah dinas, kalau memang masih diberlakukan,” terang Nabila.
"Sedangkan untuk pegawai-pegawai yang bekerja di sektor swasta mungkin bisa diberikan juga housing plan yang lebih realistis. Ataupun mematok harganya dengan developer, apakah memungkinkan untuk diturunkan,” jelasnya.
Gen-Z Merapat, Ini Tips Menabung untuk Beli Rumah
CEO dan Founder DNA Finance, Aliyah Natasya mengaku dirinya mengalami tantangan dalam membeli rumah pribadi di usia muda.
Ia mengungkapkan, dirinya baru bisa membeli rumah pribadi saat memasuki usia di atas 30 tahun. Aliyah bercerita, ia dahulu sempat kesulitan menabung lantaran pekerjaan pertamanya ia jalani dengan upah honorer.
"Maka dari itu, penting untuk memiliki rencana karir (jika ingin menabung untuk beli rumah). Karena, nggak selamanya karir kita itu cuma satu. Hidupmu terlalu pendek untuk menjalani hanya satu karir,” ungkap Aliyah dalam diskusi Inspiraya Bank Raya di Jakarta, dikutip Jumat (28/2/2025).
Aliyah menyarankan, ketika mengumpulkan dana membeli rumah juga perlu ditanamkan mindset tentang bagaimana penghasilan dapat bertambah meski sudah memiliki penghasilan tetap.
"Dulu ketika saya beli rumah, saya masih karyawan. Kedua, saya baru bisa beli rumah ketika menikah. Jadi kami menggabungkan income kita bersama. Baik secara tabungan, ataupun gaji bulanan. Kemudian salah salah satu hal yang membuat kami sebagai suami istri bisa membeli rumah karena kami sama-sama giat belajar investasi,” beber Aliyah.
"Namun, perlu diketahui bahwa Anda harus investasi di hal yang Anda ketahui, produk yang Anda ketahui, dan selalu belajar dengan nominal kecil. Jadi ketika saya dan suami saya mengalami kerugian, kerugiannya kecil,” ia menambahkan.