Jurus Kemenperin Bawa Industri Jamu Indonesia Mendunia

7 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian konsisten untuk terus memacu hilirisasi industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, termasuk pengembangan keanekaragaman hayati Indonesia menjadi obat bahan alam. Langkah strategis ini dinilai akan turut berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Sebagai wujud nyata komitmen tersebut, Kemenperin telah memberikan dukungan infrastruktur berupa pembangunan fasilitas produksi obat bahan alam yang dinamakan House of Wellness (HoW) di Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia Farmasi dan Kemasan (BBSPJIKFK), Jakarta.

Fasilitas ini untuk pengembangan subsektor industri obat bahan alam Indonesia yang terdiri dari jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. 

“Mari kita jadikan momentum ini sebagai awal yang baik untuk mendorong pemanfaatan potensi kekayaan hayati Indonesia menjadi produk obat bahan alam unggulan berbasis sumber daya alam lokal namun berkelas global,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJ) Andi Rizaldi pada acara penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Pemanfaatan Fasilitas HoW di BBSPJIKFK, Jakarta, Jumat (11/7/2025).

Kepala BSKJI memberikan apresiasi atas penandatanganan PKS ini, antara BBSPJIKFK dengan PT Aurora Alam Khatulistiwa dalam rangka pemanfaatan fasilitas HoW di BBSPJIKFK.

“Dengan terjalinnya kerja sama ini, kami berharap fasilitas ini dapat berfungsi secara optimal dalam mendorong produktivitas dan inovasi industri obat bahan alam di Indonesia,” tuturnya.

Kerja sama ini juga merupakan bentuk implementasi dari semangat sinergi antara pemerintah dengan dunia usaha untuk saling menguatkan dalam mewujudkan kemandirian industri obat bahan alam nasional.

“Hingga saat ini tercatat sebanyak 23.576 obat bahan alam yang terdiri dari 23.000 jamu, 77 obat herbal terstandar, dan 20 fitofarmaka,” sebut Andi.

Gedung HoW

Sejak diresmikannya Gedung HoW pada Februari 2024 lalu, BBSPJIKFK telah melalui beberapa proses penyiapan penggunaan sarana fasilitas tersebut yang meliputi pemenuhan legalitas dan regulasi, penyusunan kajian teknis kerja sama operasional dan promosi serta penjajakan kerja sama dengan beberapa industri atau instansi.

Seperti terjalinnya kerja sama operasional dengan mitra industri, yaitu PT Aurora Alam Khatulistiwa yang bergerak di bidang industri bahan baku dan produk obat tradisional. 

Ruang lingkup kerja sama ini meliputi pemanfaatan fasilitas HoW yang terdiri dari bangunan, mesin dan peralatan sebagaimana tercantum pada dokumen PKS sebagai fasilitas untuk memproduksi barang atau produk dengan bahan baku menggunakan bahan alam.

Selain itu, dalam kerja sama ini juga akan dilakukan transfer pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, kompetensi dan wawasan dalam bidang yang menjadi lingkup kerja sama.

Hadir menyaksikan penandatangan PKS ini, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Budiono Subambang, yang menyampaikan apresiasinya atas kerja sama yang terjalin antara pemerintah dan industri dalam pemanfaatan fasilitas produksi obat bahan alam. 

“Penandatanganan PKS ini merupakan momen penting dan strategis untuk mempercepat optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan fitofarmaka, sekaligus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat,” ucapnya.

Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik

Pada kesempatan yang sama, Kepala BBSPJIKFK, Siti Rohmah Siregar menyampaikan bahwa pihaknya juga tengah menyiapkan persyaratan untuk sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan pengajuan awal pada lingkup Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) yang nantinya akad diperluas dengan lingkup Industri Obat Tradisional (IOT). 

Sertifikasi CPOTB ini bertujuan untuk menjamin obat tradisional dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. “Dengan diperolehnya sertifikasi CPOTB ini nanti, peluang akan terbuka semakin lebar bagi industri obat bahan alam di Indonesia dalam memproduksi obat bahan alam yang siap dipasarkan dengan memanfaatkan fasilitas Gedung HoW,” ungkap Siti. 

Sementara itu, Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi, Tri Ligayanti menyampaikan apresiasinya terhadap upaya yang telah dilakukan oleh BBSPJIKFK dalam proses persiapan Sertifikasi CPOTB HoW. “Kami menghargai usaha dan komitmen BBSPJIKFK yang konsisten menjalin komunikasi dan kerja sama, tidak hanya di lingkungan internal Kementerian Perindustrian, namun juga dengan berbagai pihak, terutama BPOM,” ungkapnya.

Pemanfaatan Fasilitas HOW

Direktur PT Aurora Alam Khatulistiwa, Sapriyanto Ginting selaku mitra BBSPJIKFK dalam pemanfaatan fasilitas HOW menyambut baik kesempatan ini untuk dapat berkolaborasi dalam memproduksi bahan baku obat bahan alam, serta proses alih pengetahuan dan teknologi untuk terus meningkatkan kapasitas dan kompetensi dari HoW.

Lebih lanjut, Sapriyanto menyampaikan harapannya agar pelaku industri lain dapat memanfaatkan fasilitas HoW. “Kami berkomitmen memasarkan fasilitas HoW dan mempromosikannya kepada pelaku usaha ekstrak nasional lainnya untuk memanfaatkan layanan ekstraksi yang tersedia. Penawaran ini kami sampaikan dalam skema Kontrak Produksi atau maklon,” ucapnya.

Sebelumnya, pada bulan Oktober 2024 lalu, BBSPJIKFK bersama dengan Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi telah menyelenggarakan acara Awareness Fitofarmaka dengan berbagai rangkaian kegiatan seperti pameran produk dan ekstrak bahan alam, business matching, seminar, dan pengenalan serta kunjungan fasilitas HoW. 

Adapun tujuan kegiatan Awareness Fitofarmaka yaitu untuk mendorong kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk menciptakan ketahanan kesehatan nasional. Salah satunya melalui, kemandirian industri farmasi nasional, dan peningkatan pengembangan serta pemanfaatan fitofarmaka.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |