Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tak mempermasalah waktu distribusi impor LPG dari Amerika Serikat. Meski, dalam catatan PT Pertamina (Persero) waktu pengiriman LPG dari AS butuh waktu sekitar 40 hari.
Dia menganggap waktu tempuh pengiriman itu bukan menjadi alasan. Mengingat lagi, jumlah impor LPG Indonesia sebagian besar dipasok dari negeri Paman Sam.
"Gak ada alasan, toh LPG kita juga kan kita impor dari Amerika," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).
Dia menjelaskan, 59 persen dari total impor LPG Indonesia didatangkan dari Amerika Serikat. Dengan begitu, dia tak mempersoalkan waktu tempuh pengirimannya.
"59 persen dari total LPG kita konsumsi nasional, dari total impor LPG nasional, 50 persen lebih itu kan dari Amerika. Gak ada soal (waktu pengirimannya)," tegas dia.
Penjelasan Pertamina
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Simon Aliysius Mantiri mengatakan waktu pengiriman impor LPG dari AS itu jadi risiko utama. Waktu pengiriman ini lebih lama dibandingkan harus mendatangkan LPG dari Timur Tengah atau negara Asia.
"Risiko utama adalah dari sisi jarak dan waktu pengiriman dari Amerika Serikat yang jauh lebih panjang yaitu sekitar 40 hari. Dibandingkan sumber pasokan dari Timur Tengah ataupun negara Asia," kata Simon dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (22/5/2025).
Berpengaruh ke Ketahanan Energi Nasional
Simon mengatakan, impor LPG dari AS itu bukan merupakan penambahan volume, melainkan suatu peralihan dari sumber lain sebelumnya. Soal waktu pengiriman tadi, Simon menyoroti kendalanya.
Jika terjadi kendala cuaca yang membuat pengiriman tertahan, makan akan berpengaruh pada ketahanan energi nasional. Pasalnya, sebagian besar impor LPG didatangkan dari satu kawasan saja.
"Apabila terjadi kendala faktor cuaca seperti badai ataupun kabut maka akan berdampak langsung pada ketahanan stok nasional," ujarnya.
Kaji Rencana Impor
Lebih lanjut, Simon mengatakan tengah melakukan kajian menyeluruh terhadap rencana impor dari AS tersebut. Baik dari aspek teknis hingga risiko operasionalnya.
Kajian itu diharapkan mampu menghasilkan skenario paling jitu untuk menjalankan penambahan impor LPG dari AS.
"Karena itu Pertamina saat ini sedang melakukan kajian komprehensif mencakup aspek teknis, komersial, dan resiko operasional untuk memastikan bahwa skenario peningkatan suplai dari Amerika Serikat dapat dilakukan secara efektif," tuturnya.
Kerja Sama Pertamina Impor dari AS
Simon menuturkan, Pertamina telah memiliki kerjasama rutin dengan mitra Amerika Serikat untuk suplai komoditas minyak dan gas bumi (migas).
Rinciannya, minyak mentah sekitar 4 persen dari total impor RI dan LPG sekitar 57 persen dari total impor dengan nilai transaksi hingga USD 3 miliar per tahun.
"Namun sebagai bagian dari negosiasi pemerintah Pertamina diminta untuk mengkaji portfolio impor migas saat ini dengan skenario peningkatan porsi dari Amerika Serikat melalui pengalihan dari negara lain. Perlu kami sampaikan dan garis bawahi bahwa pengalihan ini bersifat shifting sumber pasokan bukan penambahan volume impor," terangnya.