Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) ditutup pada level terendah sejak 2021 setelah OPEC+ setuju untuk meningkatkan produksi pada Juni. Ini adalah persetujuan peningkatan produksi untuk bulan kedua yang dilakukan oleh organisasi produsen minyak beserta sekutunya ini.
Mengutip CNBC, Selasa (6/5/2025), harga minyak mentah AS turun USD 1,16 atau 2% menjadi USD 57,13 per barel pada penutupan perdagangan hari Senin. Angka ini adalah penutupan terendah sejak Februari 2021.
Sedangkan harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan global turun USD 1,06 atau 1,7% mnejadi USD 60,23 per barel pada penutupan perdagangan. Harga minyak mentah patokan global ini sudah turun sekitar 20% sepanjang tahun ini.
Delapan produsen minyak yang tergabung dalam OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi, pada Sabtu kemarin sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Juni. Keputusan tersebut diambil satu bulan setelah OPEC+ mengejutkan pasar dengan menyetujui untuk meningkatkan produksi pada Mei dengan jumlah yang sama.
Peningkatan produksi pada Juni ini hampir tiga kali lipat dari 140.000 barel per hari yang awalnya diperkirakan oleh Goldman Sachs. Pergerakan tersebut berarti bahwa OPEC+ membawa lebih dari 800.000 barel minyak per hari pasokan tambahan ke pasar selama dua bulan.
April Sudah Anjlok Dalam
Harga minyak pada April membukukan menurunan bulanan terbesar sejak 2021, karena tarif yang lebih tinggi dari Presiden AS Trump telah meningkatkan kekhawatiran akan resesi yang akan memperlambat permintaan minyak pada saat yang sama ketika OPEC+ dengan cepat meningkatkan pasokan.
"Keyakinan utama kami tetap bahwa kapasitas cadangan yang tinggi dan risiko resesi yang tinggi mendistorsi risiko terhadap harga minyak ke sisi negatif meskipun fundamental spot relatif ketat," jelas kepala analis minyak Goldman Daan Struyven.
Bank investasi tersebut telah memangkas perkiraannya untuk harga minyak mentah AS tahun ini sebesar USD 3 menjadi USD 56 per barel.
Eksplorasi Bakal Turun
Perusahaan jasa ladang minyak seperti Baker Hughes dan SLB memperkirakan investasi dalam eksplorasi dan produksi akan menurun tahun ini karena lingkungan harga yang lemah.
"Prospek pasar minyak yang kelebihan pasokan, kenaikan tarif, ketidakpastian di Meksiko, dan melemahnya aktivitas di Arab Saudi secara kolektif membatasi tingkat pengeluaran hulu internasional," kata CEO Baker Hughes Lorenzo Simonelli dalam laporan laba kuartal pertama perusahaan pada 25 April, mengacu pada eksplorasi dan produksi.
Perusahaan minyak besar Chevron dan Exxon melaporkan laba kuartal pertama minggu lalu yang turun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024 karena harga minyak yang lebih rendah.