Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia menutup perdagangan akhir pekan lalu di level USD 3.587 per troy ounce. Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai tren penguatan emas masih berlanjut.
Menurutnya, peluang emas untuk naik ke USD 3.615 cukup besar dalam sesi perdagangan awal pekan ini. Jika level tersebut berhasil ditembus, maka tren penguatan akan lebih solid.
"Bahwa dalam penutupan pasar, Sabtu pagi, harga emas dunia ditutup di USD 3.587. Ada kemungkinan besar harga emas Dunia ini akan kembali menguat di level USD 3.615," kata Ibrahim dikutip Liputan6.com dalam keterangannya, Senin (8/9/2025).
Dalam analisisnya, Ibrahim menekankan pentingnya level USD 3.613. Ia menyebut level ini sebagai pintu gerbang yang akan membawa emas menuju target-target berikutnya.
Jika momentum beli terus menguat, harga emas berpotensi melesat ke USD 3.670 pada Oktober, sebelum akhirnya menutup tahun di kisaran USD 3.700.
"Harus ingat berdasarkan teknikal, bahwa harga emas dunia sampai akhir tahun berdasarkan monthly itu di USD 3.700. Jadi ada kemungkinan besar dalam transaksi di hari ini akan menuju USD 3.613," ujarnya.
Minat Investor Global Meningkat
Optimisme ini sejalan dengan meningkatnya minat investor global terhadap aset safe haven. Ketidakpastian pasar keuangan, terutama menjelang keputusan penting bank sentral Amerika Serikat (AS), menjadi alasan utama investor mengalihkan portofolionya ke emas.
Menurutnya, kondisi ini diperkirakan membuat volatilitas harga emas semakin tinggi dalam beberapa pekan mendatang.
"Nah kalau seandainya kena di level USD 3.613, mungkin di bulan September-Oktober, harga emas Dunia itu akan menyentuh di level USD 3.670. Di bulan Oktober USD 3.670, kemudian sampai akhir tahun itu di USD 3.700. Ini kalau saya lihat secara weekly dan monthly," jelasnya.
Ekspektasi Penurunan Suku Bunga Jadi Penentu
Faktor fundamental juga memberi dukungan kuat bagi kenaikan harga emas. Kata Ibrahim, rilis data tenaga kerja AS yang lebih rendah dari ekspektasi membuat pasar yakin The Federal Reserve akan menurunkan suku bunga pada pertemuan 16–17 September mendatang. Ekspektasi ini langsung memicu aksi beli emas oleh investor besar.
"Ini yang membuat spekulasi Bank Central Amerika menurunkan suku bunga sehingga banyak investor pan-pan besar mengambil posisi beli sampai di level USD 3.613. di hari Senin," ujarnya.
Ibrahim menambahkan, tren ini semakin jelas dengan data pengangguran AS yang turun ke 4,3%. Angka ini memperkuat dugaan bahwa pasar tenaga kerja sedang melemah, sehingga memberi ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter. Investor yang mencari keuntungan dari pergerakan pasar langsung masuk ke emas sebagai instrumen lindung nilai.
Risiko Koreksi Masih Mengintai
Meski prospek penguatan emas cukup besar, Ibrahim mengingatkan adanya risiko koreksi. Jika sentimen pasar berubah atau The Fed memberikan sinyal berbeda dari ekspektasi, emas berpotensi kembali melemah. Level support pertama berada di USD 3.570, sementara support terendah diperkirakan di USD 3.550.
Ia menegaskan, koreksi harga bisa terjadi dalam jangka pendek, terutama jika aksi ambil untung meningkat setelah emas menyentuh level teknikal tertentu. Namun, Ibrahim menilai koreksi tidak akan berlangsung lama. Selama harga emas mampu bertahan di atas USD 3.550, tren bullish jangka menengah hingga panjang tetap terjaga.
"Seandainya harga emas koreksi ada kemungkinan besar dia kembali ke level USD 3.570. Kemudian harga terendah kalau seandainya koreksi di USD 3.550. Jadi USD 3.570, kemudian support terendahnya adalah di USd 3.550," pungkasnya.