Dukung Mandatori E10, Toyota Bakal Bangun Pabrik Etanol di Lampung

5 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, telah bersepakat dengan Toyota untuk ikut terlibat dalam mandatori campuran bioetanol 10 persen (E10) dengan BBM jenis bensin (gasoline).

Menurut proyeksinya, Toyota bakal membangun pabrik etanol di Lampung. "Mungkin akan start awalnya di Lampung," kata Todotua saat ditemui di Westin Jakarta, Rabu (19/11/2025).

Todotua menambahkan, tidak hanya Toyota saja yang terlibat dalam investasi etanol di Indonesia, tapi juga konsolidasi grup otomotif yang ada di Jepang.

"Tetapi memang leader-nya itu. Mereka sudah riset dan sudah commercial plan dan lain-lain. Saya sudah pergi lihat juga (ke Jepang)," imbuh dia.

Ia menilai, Toyota terbukti sudah punya kapasitas dalam pemakaian etanol. Lantaran kendaraan keluaran pabrik otomotif Jepang tersebut sudah mampu menggunakan bioetanol hingga E100.

"Kenapa Toyota, karena etanol ini kan akan dipakai untuk blendingan terhadap gasoline, bensin. Dan populasi kendaraan bermotor khususnya kendaraan cart, itu mungkin 60-70 persen masih Japanese group," bebernya.

"So they are the market, they are the consumer, and then mereka juga masuk," tegas Todotua.

Jumpa CEO Toyota

Sebelumnya, Todotua Pasaribu telah melakukan pertemuan di Jepang, dengan Masahiko Maeda, CEO of Asia Region, Toyota Motor Corporation. Keduanya membahas terkait rencana investasi Toyota dalam pengembangan ekosistem bioethanol di Indonesia.

"Saat ini kebutuhan bahan bakar di dalam negeri mencapai lebih dari 40 juta kiloliter per tahun, dengan kewajiban E10 maka setidaknya Indonesia membutuhkan sekitar 4 juta kiloliter bioethanol di 2027, agar tidak kehilangan momentum maka persiapan pembangunan pabrik pendukung harus dimulai dari sekarang. Peluang inilah yang ditangkap oleh Toyota yang juga sudah mengembangkan mobil berbahan bakar bioethanol di banyak negara," urainya.

Sementara itu, dalam kolaborasi risetnya di Jepang melalui RABIT (Research Association of Biomass Innovation), Toyota tengah mengembangkan bioethanol generasi kedua yang bersumber dari biomassa non-pangan, seperti limbah pertanian dan tanaman sorgum.

Relevan dengan Potensi Agrikultur Indonesia

Teknologi ini dinilai sangat relevan dengan potensi agrikultur Indonesia yang melimpah dan kondisi agroklimat yang cocok untuk budidaya secara berkelanjutan.

"Kemarin saat kunjungan kami juga telah berdiskusi dengan RABIT, bahwa teknologi pabrik bioethanol generasi kedua ini dapat memanfaatkan berbagai macam limbah pertanian (multi feedstock), sehingga teknologinya cocok dengan Indonesia yang tidak hanya memiliki potensi tanaman sorgum, tetapi bisa juga dari tebu, padi, singkong, kelapa sawit, aren dan lain-lain ” tutur Todotua.

Berdasarkan Roadmap Hilirisasi Investasi Strategis yang dimiliki Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, sejumlah wilayah seperti Lampung telah disiapkan untuk menjadi sentra pengembangan industri bioethanol, dengan dukungan bahan baku dari tebu, singkong, dan sorgum.

Dorong Kesejahteraan Petani

Investasi di sektor ini diproyeksikan tidak hanya memperkuat rantai pasok energi bersih, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan mendorong kesejahteraan petani lokal di daerah.

"Sebagai pioneer project, tadi sudah didiskusikan akan bekerjasama dengan Pertamina NRE (New Renewable Energy) di Lampung, untuk bahan bakunya juga tidak hanya dari perusahaan tapi juga melibatkan petani dan koperasi tani setempat sehingga juga dapat menggerakan perekonomian di daerah, nantinya untuk suplai energi juga diintegrasikan dengan plant geothermal dan hidrogen milik Pertamina," pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |