Diskon Tarif Listrik Berakhir, Imbasnya April Alami Inflasi 1,17%

17 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini menyampaikan berdasarkan data historis dalam lima tahun terakhir, pola inflasi setelah Lebaran menunjukkan tren yang cenderung lebih rendah dibandingkan saat bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Lebaran.

Tren ini kembali terbukti pada April 2025, di mana tingkat inflasi nasional tercatat sebesar 1,17 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi pada Maret 2025.

Pudji menuturkan, penurunan tingkat inflasi setelah Lebaran merupakan fenomena musiman yang secara konsisten terjadi setiap tahun.

"Tingkat inflasi pasca lebaran pada April 2025 adalah sebesar 1,17 persen, lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi Maret 2025," kata Pudji dalam konferensi pers rilis Berita Resmi Statistik, Jumat (2/5/2025).

Meskipun demikian, beberapa kelompok pengeluaran tetap memberikan andil terhadap inflasi April 2025. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga menjadi penyumbang terbesar terhadap inflasi bulan ini, dengan kontribusi sebesar 0,98 persen.

"Inflasi pada April 2025, utamanya disumbang oleh Kelompok Perumahan, Air, Listrik danBahan Bakar Rumah Tangga dengan andil inflasi sebesar 0,98 persen," ujarnya.

Tarif Listrik Pendorong Inflasi April 2025

Pudji menjelaskan, pada kelompok ini, tarif listrik tercatat sebagai komoditas yang paling dominan dalam mendorong inflasi. Tarif listrik mengalami inflasi signifikan sebesar 26,99 persen pada April 2025, yang menyumbang andil inflasi sebesar 0,97 persen secara nasional.

Angka ini meskipun tinggi, tetap lebih rendah dibandingkan inflasi tarif listrik pada bulan Maret 2025. Kenaikan tersebut bukan disebabkan oleh peningkatan konsumsi listrik, melainkan oleh faktor teknis penyesuaian tarif.

"Komoditas tarif Listrik mengalami inflasi pada April 2025 sebesar 26,99 persen dan andil inflasi sebesar 0,97 persen. Tingkat inflasi ini lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi pada Maret 2025," jelasnya.

Pudji menjelaskan bahwa inflasi tarif listrik disebabkan oleh berakhirnya kebijakan diskon tarif sebesar 50 persen yang diberlakukan pada periode sebelumnya. Diskon ini diberikan untuk pelanggan pascabayar dan berlaku hingga Maret 2025. Mulai April 2025, tarif kembali ke harga normal.

"Sehingga tagihan Maret 2025 dibayarkan April 2025 yang sudah kembali menggunakan tarif normal," ujarnya.

Sebaran Inflasi Berdasarkan Wilayah

Inflasi month-to-month (m-to-m) tertinggi tercatat di Provinsi Sumatera Barat sebesar 1,77 persen, diikuti oleh Sulawesi Selatan sebesar 1,75 persen, dan Jambi sebesar 1,70 persen.

Provinsi-provinsi lain yang juga mengalami inflasi cukup tinggi antara lain DI Yogyakarta (1,67 persen), Aceh (1,61 persen), dan Sulawesi Barat (1,51 persen). Wilayah dengan pusat kegiatan ekonomi besar seperti DKI Jakarta juga mencatat inflasi sebesar 1,44 persen, yang mengindikasikan peningkatan harga barang dan jasa di ibu kota.

Sementara itu, sejumlah provinsi mencatat inflasi yang lebih rendah, seperti Kalimantan Utara (0,45 persen), Nusa Tenggara Timur (0,22 persen), dan Maluku (0,09 persen). Secara umum, kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi di Indonesia bervariasi tergantung kondisi regional, distribusi logistik, dan kebutuhan konsumsi masyarakat di masing-masing provinsi.

BPS: Inflasi April 2025 Tembus 1,17%, Ini Penyebabnya

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada April 2025 terjadi inflasi month-to-month (m-to-m) sebesar 1,17 persen dan tingkat inflasi year-to-date (y-to-d) April 2025 sebesar 1,56 persen, inflasi year-on-year (y-on-y) sebesar 1,95 persen dengan indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,47.

"Pada April 2025 terjadi inflasi sebesar 1,17 persen secara bulanan atau month to month atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 107,22 pada Maret 2025 menjadi 184,7 pada April 2025. Secara year on year terjadi inflasi 1,95 persen dan secara tahun kalender terjadi inflasi 1,56 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, dalam konferensi pers rilis Berita Resmi Statistik, Jumat (2/5/2025).

Komoditas dominan yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah tarif listrik, yang memberikan andil inflasi sebesar 0,97 persen. Komoditas lain yang juga memberikan andil inflasi adalah emas perhiasan dengan andil inflasi sebesar 0,16 persen. Kemudian bawang merah dengan andil inflasi 0,06 persen, cabai merah dengan andil inflasi 0,04 persen, dan tomat dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen.

"Selain itu, terdapat komoditas yang masih memberikan andil deflasi pada April 2025, di antaranya cabai rawit dengan andil deflasi sebesar 0,08 persen, daging ayam ras dengan andil deflasi sebesar 0,06 persen, dan telur ayam ras dengan andil deflasi 0,04 persen," ujarnya.

Secara umum, seluruh komponen mengalami inflasi. Inflasi yang tertinggi terjadi pada April 2025 ini adalah 1,17 persen, utamanya didorong oleh inflasi komponen harga diatur Pemerintah.

"Komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 5,21 persen dengan andil inflasi sebesar 0,98 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen harga diatur pemerintah adalah tarif listrik, tarif angkutan udara dan tarif kereta api," jelasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |