Liputan6.com, Jakarta Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) membawa angin segar sekaligus ancaman bagi dunia kerja. Banyak pekerjaan, terutama yang bersifat rutin dan repetitif, kini terancam tergeser oleh otomatisasi. Laporan terbaru bahkan memprediksi jutaan pekerjaan akan hilang dalam beberapa tahun mendatang. Lalu, pekerjaan apa saja yang paling berisiko dan bagaimana kita menghadapinya?
Berdasarkan berbagai sumber, pekerjaan administratif seperti entri data, penjadwalan, dan layanan pelanggan dasar menjadi yang paling rentan. Otomatisasi melalui chatbot dan RPA (Robotic Process Automation) mampu mengambil alih tugas-tugas ini dengan efisiensi tinggi.
Studi menunjukkan hingga 60% tugas administratif dapat diotomatisasi sepenuhnya. Selain itu, pekerjaan di sektor manufaktur, ritel, dan transportasi juga terancam. Robot dan sistem otomatis semakin banyak menggantikan peran manusia dalam tugas-tugas repetitif di pabrik dan lini produksi, sementara kasir dan petugas tol tergancam oleh sistem pembayaran digital.
Tidak hanya itu, pekerjaan di sektor media dan teknologi tingkat dasar juga berisiko. AI generatif mampu menghasilkan artikel sederhana dan konten media standar, sementara tugas-tugas pemrograman dan analisis data dasar dapat diotomatisasi.
Namun, perlu diingat bahwa pekerjaan yang membutuhkan kreativitas tinggi, kemampuan interpersonal yang kuat, dan kemampuan berpikir kritis masih aman. Profesi seperti perawatan kesehatan, pendidikan, dan kepemimpinan strategis diperkirakan akan tetap bertahan.
Pekerjaan Administratif di Ambang Otomatisasi
Pekerjaan administratif, seperti entri data dan penjadwalan, menjadi sasaran utama otomatisasi. Chatbot dan RPA mampu menangani tugas-tugas ini dengan kecepatan dan akurasi yang lebih tinggi daripada manusia. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan mulai mengganti tenaga kerja manusia dengan sistem otomatis untuk menekan biaya dan meningkatkan efisiensi.
Contohnya, perusahaan asuransi besar sudah mulai menggunakan AI untuk memproses klaim asuransi. Sistem ini mampu menganalisis data dan membuat keputusan dengan lebih cepat dan akurat dibandingkan manusia, sehingga mengurangi waktu tunggu dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Namun, hal ini juga berarti bahwa pekerjaan administratif yang bersifat repetitif dan mudah diotomatisasi akan semakin berkurang.
Meskipun demikian, pekerjaan administratif yang membutuhkan kemampuan analitis dan pengambilan keputusan yang kompleks masih aman. Misalnya, manajer administrasi yang bertanggung jawab atas perencanaan strategis dan pengambilan keputusan tingkat tinggi masih dibutuhkan.
Sektor Manufaktur dan Ritel
Sektor manufaktur dan ritel juga mengalami transformasi besar-besaran akibat otomatisasi. Robot dan sistem otomatis semakin banyak digunakan untuk menggantikan tenaga kerja manusia dalam tugas-tugas repetitif dan terstruktur. Hal ini meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya operasional.
Di sektor ritel, sistem pembayaran digital dan aplikasi pemesanan online telah mengurangi kebutuhan akan kasir dan petugas tol. Toko-toko ritel besar sudah mulai mengimplementasikan sistem otomatis untuk mengelola inventaris dan melayani pelanggan. Meskipun demikian, pekerjaan yang membutuhkan interaksi langsung dengan pelanggan, seperti konselor penjualan, masih dibutuhkan.
Otomatisasi di sektor manufaktur dan ritel tidak hanya menggeser pekerjaan yang bersifat repetitif, tetapi juga membutuhkan tenaga kerja yang terampil dalam mengoperasikan dan memelihara mesin dan sistem otomatis. Oleh karena itu, penting bagi pekerja di sektor ini untuk meningkatkan keterampilan mereka agar tetap relevan.
Media dan Teknologi: Kreativitas vs. Otomatisasi
Di sektor media, AI generatif mampu menghasilkan artikel sederhana dan konten media standar. Meskipun demikian, pekerjaan jurnalistik yang membutuhkan investigasi mendalam, analisis kritis, dan kreativitas tinggi masih aman. AI hanya mampu melakukan tugas-tugas dasar, sedangkan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis dan analitis masih membutuhkan manusia.
Hal yang sama berlaku di sektor teknologi. Meskipun AI mampu melakukan tugas-tugas pemrograman dan analisis data dasar, pekerjaan yang membutuhkan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah yang kompleks masih dibutuhkan. Pengembang perangkat lunak dan data scientist masih dibutuhkan untuk mengembangkan dan memelihara AI itu sendiri.
Namun, programmer dan koder yang hanya melakukan tugas-tugas dasar berisiko tergeser oleh AI. Mereka harus meningkatkan keterampilan mereka dan menguasai teknologi terbaru agar tetap relevan.
Kesimpulannya, AI memang mengancam banyak pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan akan hilang. Pekerjaan yang membutuhkan kreativitas tinggi, kemampuan interpersonal yang kuat, dan kemampuan berpikir kritis cenderung lebih aman. Adaptasi dan peningkatan keterampilan tetap penting bagi semua pekerja untuk menghadapi perubahan di dunia kerja yang didorong oleh perkembangan AI.