Liputan6.com, Jakarta - CEO Amazon Andy Jassy menuturkan dirinya tidak pernah takut mengajukan pertanyaan. Sebagai seorang anak, Jassy terus menerus bertanya kepada keluarga, dan teman-temannya yakni “Mengapa?” untuk mempelajari dunia, mungkin sampai pada tingkat yang menyebalkan.
CEO Amazon Andy Jassy menyampaikan hal itu dalam surat tahunan terbarunya kepada pemegang saham yang diterbitkan pada 10 April. Demikian seperti dikutip dari CNBC, Jumat (2/5/2025).
Sepanjang masa jabatan Jassy di perusahaan senilai USD 2,01 triliun, Jassy telah memperhatikan pertanyaan sederhana yang sama telah membantu Amazon, dan karyawannya menjadi sukses. Ia menjelaskan, karyawan dan tim yang paling banyak bertanya, “Mengapa?” dan secara teratur meminta lebih banyak jawaban, adalah mereka paling baik dalam memecahkan masalah yang rumit dan menciptakan produk baru.
"Dalam hampir 28 tahun, saya berada di Amazon, perbedaan terbesar dalam pertumbuhan relatif perusahaan dan individu adalah kemampuan mereka untuk belajar,” tulis Jassy.
"Orang-orang dengan naluri untuk sering bertanya mengapa? Yang tinggi selalu ingin tahu bagaimana mereka dapat menjadi lebih baik, menjadi lebih bijaksana dan menggabungkan pengetahuan baru mereka ke dalam pengalaman pelanggan yang lebih baik,” ujar dia.
Jassy menuturkan ajukan pertanyaan mengapa dapat mendorong debat konstruktif dan rapat yang berantakan. “Itu sering membantu mencegah kesalahan atau bertukar pikiran tentang ide-ide baru,” ujar dia.
“Anda tidak dapat memesan 60 menit untuk menciptakan Amazon Prime atau Amazon Web Services atau Alexa+,” tulis dia.
Ia menilai, penemuan-penemuan itu lahir dari seseorang yang bertanya mengapa kita tidak dapat mengubah apa yang mungkin bagi pelanggan. "Kemudian mereka menjalani kehidupan mereka sendiri, sering kali berkelok-kelok di banyak jalan buntu sebelum mencapai tujuan akhir,” tutur dia.
Rasa Ingin Tahu
Berdasarkan para ahli komunikasi, rasa ingin tahu dapat menjadi sifat yang kuat di tempat kerja. “Mendapatkan pendapat kedua, mencoba mencari tahu bagaimana sesuatu dilakukan atau bahkan menantang suatu ide dengan lembut bahkan dapat membantu Anda mendapatkan pengaruh di antara rekan kerja Anda,” ujar Dosen Stanford, Matt Abrahams kepada CNBC.
"Itu menunjukkan Anda peduli, itu menunjukkan empati, itu menunjukkan Anda bersedia belajar, dan dalam beberapa kasus mengakui Anda tidak tahu segalanya,” ia menambahkan.
Pendekatan itu dapat memperjelas kalau Anda terbuka terhadap masukan dan dapat membuat orang lain merasa lebih nyaman meminta pendapat saat membutuhkan saran.
Pada 7 Januari, CEO OpenAI Sam Altman menuturkan, keterampilan nonteknis mungkin menjadi semakin berharga pada era kecerdasan buatan.
“Mencari tahu pertanyaan apa yang akan diajukan akan lebih penting daripada mencari tahu jawabannya. Akan ada semacam kemampuan yang masih sangat kami hargai, tetapi itu tidak akan menjadi kekuatan intelektual yang mentah,” kata dia.
Harga Barang di E-Commerce Amazon Kompak Naik, Imbas Tarif Donald Trump
Sebelumnya, penjual di Amazon ramai-ramai menaikkan harga produk mereka setelah tarif baru terhadap barang-barang impor dari China diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Melansir CNBC Internasional, Minggu (27/4/2025), lonjakan biaya impor membuat banyak pedagang menghadapi pilihan sulit: menaikkan harga atau menanggung beban biaya tambahan yang bisa mengancam kelangsungan bisnis mereka.
Salah satunya adalah Aaron Cordovez, salah satu pendiri Zulay Kitchen, yang sudah berjualan peralatan dapur di Amazon selama satu dekade. Mayoritas produknya berasal dari China, dan saat ini ia mengatakan perusahaannya bergerak secepat mungkin untuk memindahkan produksi ke India, Meksiko, dan negara lain.
Namun, Cordovez memperkirakan proses relokasi ini membutuhkan waktu setidaknya satu hingga dua tahun.
"Kami membuat inventaris kami bertahan selama mungkin," ujarnya,dikutip dari CNBC, Minggu (27/4/2025).
Sambil menunggu proses tersebut, Zulay Kitchen menaikkan harga beberapa produk populernya. Contohnya, saringan dapur mereka yang dulu dijual seharga USD 9,99 kini dibanderol USD 12,99 setelah pengumuman tarif baru dari Trump.
Fenomena kenaikan harga ini terjadi di seluruh platform Amazon. Data dari perusahaan perangkat lunak e-commerce SmartScout menunjukkan ada 930 produk yang mengalami kenaikan harga sejak 9 April, dengan rata-rata lonjakan sebesar 29% di berbagai kategori seperti pakaian, perhiasan, barang rumah tangga, perlengkapan kantor, elektronik, dan mainan.
Amazon Membantah
Namun, Amazon membantah kenaikan harga ini terjadi secara masif. Dalam pernyataannya kepada CNBC, juru bicara Amazon menyebut klaim tersebut "sensasional" dan menekankan bahwa hanya "kurang dari 1% barang yang diteliti mengalami kenaikan harga.
"Kami belum melihat harga jual rata-rata produk berubah naik atau turun secara signifikan di luar fluktuasi umum di ratusan juta barang di Amazon," kata juru bicara Amazon.
Total Penjualan Online
Amazon menegaskan tetap berupaya menjaga harga lebih rendah dibandingkan pengecer lain. Para penjual Amazon, yang berkontribusi sekitar 60% dari total penjualan online perusahaan, kini harus menghadapi tantangan berat.
Dengan margin keuntungan yang sudah tipis, tambahan beban tarif membuat banyak pedagang tidak punya pilihan selain menaikkan harga. Jika tidak, mereka bisa gulung tikar di tengah kenaikan biaya penyimpanan, pengiriman, iklan, dan persaingan ketat di marketplace.
CEO Amazon, Andy Jassy, mengakui beberapa penjual pihak ketiga akan perlu membebankan biaya tarif kepada konsumen, meski pihak Amazon sendiri berupaya mempertahankan harga serendah mungkin.