Liputan6.com, Jakarta PT Freeport Indonesia (PTFI) berencana meninggalkan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara mulai 2027 mendatang. Perusahaan akan mengalihkan suplai pembangkit listriknya dengan memanfaatkan liquified natural gas (LNG).
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas mengatakan stopnya penggunaan PLTU bisa menekan emisi karbon cukup besar. Hitungannya, emisi yang dihasilkan bisa turun sekitsr 30 persen.
"Kita akan mengganti dalam proses untuk mengganti PLTU batu bara kita dengan LNG. LNG jauh lebih bersih," kata Tony, ditemui usai Indonesia Summit 2025, Jakarta, dikutip Kamis (28/8/2025).
Kapasitas pembangkit LNG ini akan mencapai 270 Megawatt (MW) untuk menopang suplai listrik kegiatan pertangan di Mimika, Papua Tengah. Targetnya, proyek ini dikerjakan pada 2027 mendatang.
Selain mengganti pembangkit listrik, Tony mengatakan upaya dekarbonisasi sudah dilakukan PTFI melalui penggunaan kereta barang dalam mengangkut hasil tambang. Kereta itu bisa mereduksi emisi hingga 28 persen. Jika ditambah penhentian PLTU tadi, Freeport Indonesia bisa mereduksi emisi karbon sebesar 60 persen.
"engan combined cycle LNG yang ini tentu saja emisinya akan turun lebih banyak lagi sehingga bisa mencapai 60 persen begitu itu online tahun 2027 bisa mencapai reduction emission by 60 persen dibanding tahun 2018," tuturnya.
Dekarbonisasi Operasional Tambang
Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID tak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi dalam mengemban mandat hilirisasi industri tambang dari pemerintah, tapi juga pada upaya menekan dampak lingkungan. Salah satu langkah strategis yang tengah digencarkan melalui implementasi dekarbonisasi. Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang menuju industri pertambangan rendah emisi dan berkelanjutan.
Direktur Strategic Support & Human Capital PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Benny Alexander F.D. Wiwoho, menjelaskan bahwa ekspansi industri melalui hilirisasi secara langsung berdampak pada lonjakan kebutuhan energi grup MIND ID. Itu secara paralel juga mendorong peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK).
"Isu dekarbonisasi bukan hanya tantangan MIND ID, tetapi tantangan global yang dihadapi oleh seluruh pelaku industri pertambangan dan manufaktur. Ketergantungan pada energi fosil masih tinggi, sementara transisi ke energi bersih membutuhkan kesiapan sistemik," ujar Benny dalam jangan Human Capital Summit (HCS) 2025, dikutip Rabu (4/6/2025).
Target Dekarbonisasi
Berdasarkan proyeksi, konsumsi energi Grup MIND ID diperkirakan melonjak dari 48.000 terajoule (TJ) pada 2023 menjadi 266.000 TJ pada 2030. Lonjakan ini berpotensi menyebabkan emisi GRK meningkat drastis, dari 4.100 kiloton CO₂ ekuivalen (ktCO₂e) menjadi sekitar 31.060 ktCO₂e, atau meningkat lebih dari tujuh kali lipat dalam tujuh tahun.
Menghadapi tantangan tersebut, Grup MIND ID menetapkan target penurunan emisi sebesar 21,4 persen pada 2030 mendatang. Target ini tidak hanya sebagai respons terhadap lonjakan emisi, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi terhadap pencapaian Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) serta langkah menuju Net Zero Emission Indonesia pada 2060. "Ini adalah tantangan yang harus dikelola secara strategis. Target 21,4 persen ini merupakan peta jalan kami dalam memastikan bahwa pertumbuhan industri tetap sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan," imbuh Benny.
Empat Strategi
Sementara Corporate Secretary MIND ID Pria Utama menyampaikan, perusahaan telah merumuskan empat strategi utama untuk mencapai target dekarbonisasi tersebut.
Pertama, konversi bahan bakar ke sumber rendah karbon, seperti pemanfaatan B35, B40, dan LNG untuk menggantikan bahan bakar fosil. Kedua, peningkatan efisiensi operasional melalui inovasi proses penambangan, peleburan, serta digitalisasi dan elektrifikasi di seluruh lini produksi.
Ketiga, penggunaan energi terbarukan dan co-firing, termasuk pemasangan panel surya (Solar PV), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan teknologi co-firing pada fasilitas pembangkit dan peleburan. Keempat, pemanfaatan Renewable Energy Certificate (REC) dan carbon offset, melalui partisipasi dalam perdagangan karbon serta pengembangan proyek berbasis alam (Nature Based Solutions/NBS).