Awas, Ini yang Terjadi Jika Menkeu Purbaya Terlalu Percaya Diri

8 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat, menyoroti sikap Menteri Keuangan baru yakni Purbaya Yudhi Sadewa yang terlalu percaya diri alias overconfident. Sikap tersebut dianggap berbahaya untuk publik dan pasar.

"Belum genap sehari menjabat, Menteri Keuangan baru Purbaya Yudhi Sadewa langsung menimbulkan kontroversi," kata Achmad dalam keterangannya, Selasa (9/9/2025).

Menurutnya, ucapan Purbaya yang meremehkan tuntutan publik dengan keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi 6–7 persen akan otomatis meredam kritik, membuat publik dan pasar terkejut.

"Sikap percaya diri yang berlebihan atau overconfidence ini menjadi alarm: apakah ke depan ia akan menjadi manajer fiskal yang kredibel, atau justru berbahaya bagi stabilitas publik dan pasar?," ujarnya.

Achmad menjelaskan, overconfidence seorang pejabat ekonomi ibarat sopir yang terlalu percaya diri melaju kencang di jalan licin. Alih-alih tiba lebih cepat, risiko kecelakaan justru meningkat. Pernyataan Purbaya mengandung dua bahaya besar.

Pertama, ia menyederhanakan persoalan kompleks. Demonstrasi bukan sekadar masalah perut. Kritik publik muncul karena kesenjangan, ketidakadilan, dan ketidakpercayaan terhadap kebijakan. Menganggapnya hanya karena “hidup kurang enak” mereduksi makna demokrasi.

Kedua, pasar membaca sinyal dari setiap ucapan Menkeu. Jika sinyal itu berupa keyakinan berlebihan tanpa rencana konkret, pasar bisa ragu pada kapasitas pemerintah mengelola fiskal.

"Keraguan ini berpotensi mendorong volatilitas nilai tukar, menahan investasi, bahkan memicu pelarian modal," ujarnya.

Publik Membutuhkan Peta Jalan, Bukan Retorika

Ia menilai pertumbuhan 8 persen bukan sekadar slogan. Publik ingin peta jalan jelas yakni apa strategi penciptaan lapangan kerja, bagaimana distribusi hasil pertumbuhan, dan sejauh mana belanja negara diarahkan pada infrastruktur, pendidikan, serta kesehatan.

Pernyataan “rakyat berhenti demo kalau ekonomi tumbuh” tidak hanya dangkal, tetapi juga berpotensi merusak komunikasi pemerintah dengan rakyat.

"Kredibilitas seorang Menkeu tidak diukur dari retorika, melainkan dari konsistensi eksekusi kebijakan," ujarnya.

Apa yang Harus Dilakukan Purbaya

Achmad menjelaskan, beberapa hal yang harus dilakukan Purbaya untuk menghadapi tantangan sebagai Menkeu baru. Pertama, bangun kredibilitas fiskal. APBN harus dikelola dengan disiplin, transparan, dan berorientasi jangka panjang.

"Target pertumbuhan tinggi tak boleh mengorbankan keseimbangan fiskal," ujarnya.

Kedua, buka ruang dialog dengan publik. Kritik adalah masukan, bukan gangguan. Seorang Menkeu harus menunjukkan telinga yang peka, bukan hanya mulut yang lantang.

Ketiga, bumikan visi Presiden dengan program nyata. Belanja produktif harus diperluas, reformasi birokrasi dipercepat, dan hambatan investasi dipangkas. Sinergi dengan kebijakan moneter juga penting agar ekspansi fiskal tidak memicu inflasi.

Keempat, jaga komunikasi publik. Menkeu adalah wajah fiskal Indonesia di mata dunia. Setiap kata harus menenangkan publik dan meyakinkan pasar, bukan menciptakan kegaduhan baru.

Efek Sri Mulyani Diganti dan Prospek IHSG

Sebelumnya, pengumuman perombakan atau reshuffle Kabinet Merah Putih menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 8 September 2025. Ada pergantian di pos Kementerian Keuangan menjadi sorotan pelaku pasar.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (9/9/2025), IHSG ditutup melemah 1,28% ke posisi 7.766,84. Pada sesi pertama perdagangan hingga sesi kedua, IHSG bergerak di zona hijau. Pada penutupan sesi pertama saja, IHSG ditutup naik 0,5% ke posisi 7.912.

Kemudian ada pengumuman reshuffle Kabinet Merah Putih mendorong IHSG berbalik arah ke zona merah. Hingga akhirnya, IHSG ditutup turun 1,2% ke posisi 7.766,84.

Tercatat total volume perdagangan saham mencapai 35,47 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 20,16 triliun. Total frekuensi perdagangan 2,21 juta kali transaksi.

Pada awal pekan ini, investor asing juga masih melakukan aksi jual saham. Aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 526,17 miliar. Dengan demikian, sepanjang 2025, investor asing telah melakukan aksi jual saham mencapai Rp 55,65 triliun.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menuturkan, koreksi IHSG didorong dampak reshuffle terutama dari menteri keuangan Sri Mulyani. Ia digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala LPS.

Hal itu membuat kondisi volatilitas di pasar. “Karena efek reshuffle khususnya dari menkeu membuat kondisi volatilitas di pasar bergejolak. Kalau memang diperhatikan sesi pertama menguat dan sesi kedua harus alami pelemahan,” kata Nico panggilan akrabnya saat dihubungi Liputan6.com.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |