Atasi Dampak Tarif AS, India Turunkan Pajak AC hingga Perlengkapan Sekolah

1 day ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah India mengumumkan pemangkasan pajak atas ratusan produk konsumsi untuk mendorong daya beli masyarakat sekaligus mengurangi potensi dampak dari tarif tinggi Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari BBC, Kamis (4/9/2025), Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman menjelaskan, Dewan Pajak Barang dan Jasa (GST) kini menyederhanakan tarif pajak dari empat lapis menjadi dua tingkatan, yakni 5% dan 18%. Sementara itu, barang yang dianggap tidak sehat atau mewah seperti rokok akan dikenakan tarif khusus sebesar 40%.

Barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti makanan, perlengkapan sekolah, hingga asuransi akan mengalami penurunan harga. Sebaliknya, produk impor premium seperti minuman beralkohol dan mobil mewah justru akan lebih mahal.

Pengumuman ini mendorong indeks saham India bergerak naik. Namun, analis memperkirakan pemangkasan pajak ini dapat mengurangi pendapatan negara hingga USD 6 miliar atau sekitar sekitar Rp 98,71 triliun (Estimasi kurs Rp 16.452 per USD).

Tarif baru ini mulai berlaku pada 22 September, bertepatan dengan musim belanja liburan di India. Harga yang lebih rendah diharapkan dapat mendorong lonjakan penjualan produk elektronik, termasuk AC, televisi, dan perlengkapan rumah tangga lainnya.

Efek Positif Pemangkasan Pajak bagi Perekonomian India

Pemangkasan tarif GST ini melanjutkan kebijakan fiskal sebelumnya, yaitu pengurangan pajak penghasilan sebesar USD 12 miliar awal tahun ini. Langkah tersebut juga sejalan dengan penurunan suku bunga oleh bank sentral India.

Direktur Pelaksana Kotak Securities Shripal Shah menjelaskan, pemotongan pajak akan memperkuat konsumsi yang saat ini menyumbang 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) India.

“Hal ini akan secara langsung mendorong permintaan, membantu pedagang dan bisnis mencapai volume yang lebih tinggi, dan bahkan mungkin berdampak positif pada pendapatan kuartal berikutnya. Hal ini juga berpotensi meredakan inflasi,” jelas Shah.

Meski begitu, sejumlah pemerintah negara bagian khawatir terhadap potensi kehilangan pendapatan, mengingat mereka sangat bergantung pada pemasukan dari pajak GST. Namun, ekonom menilai lonjakan konsumsi berpotensi menutup kerugian tersebut.

Reformasi GST, Strategi India Hadapi Tekanan Tarif AS

Pemangkasan tarif GST juga dipandang sebagai langkah strategis India menghadapi tekanan dari AS. Presiden Donald Trump sebelumnya memberlakukan tarif 50% untuk barang dari India, termasuk penalti 25% terkait pembelian minyak mentah Rusia.

Para ekonom menilai penurunan tarif GST dapat menjadi penyangga terhadap dampak kebijakan AS tersebut, sekaligus memperkuat daya tahan ekonomi domestik.

GST pertama kali diperkenalkan delapan tahun lalu untuk menggantikan beragam pajak tidak langsung. Meski berhasil meningkatkan penerimaan negara, skema ini dikritik terlalu rumit dengan banyak pengecualian. Struktur terbaru dianggap lebih sederhana dan adil.

Dalam pidato Hari Kemerdekaan 15 Agustus lalu, Perdana Menteri Narendra Modi berjanji memberikan “bonanza pajak besar-besaran” bagi rakyat dan usaha kecil. Melalui akun X, Modi menegaskan reformasi GST akan menguntungkan petani, kelas menengah, perempuan, pemuda, serta memudahkan pedagang kecil dalam berbisnis.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |