Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis poin pada bulan Mei 2025. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan keputusan ini diambil berdasarkan tiga pertimbangan utama yang mencerminkan kondisi perekonomian nasional saat ini.
"Kami turunkan suku bunga BI Rate 25 basis point. Pertimbangannya satu, inflasi rendah. Dua, stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga, dan ketiga, turut mendorong pertumbuhan ekonomi bersinergi erat dengan kebijakan-kebijakan fiskal maupun kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya dalam astacita," kata Perry dalam konferensi pers RDG Mei 2025, secara virtual, Rabu (21/5/2025).
Bank Indonesia pada Mei 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
Menurut Perry, sinergi Bank Indonesia dengan pemerintah sangat-sangat erat untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Perry menjelaskan, inflasi domestik berada pada level yang terkendali. BI memperkirakan inflasi di akhir tahun 2025 akan berada di kisaran 2,6%, yang dinilai masih dalam rentang target dan mencerminkan kondisi harga yang stabil.
"Di dalam negeri inflasi kita rendah. Akhir tahun ini kami berkirakan inflasi itu kemungkinan sekitar 2,6% jadi rendah," ujarnya.
Perlunya Dorongan Tambahan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Perry mengatakan, perlunya dorongan tambahan terhadap pertumbuhan ekonomi. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I 2025 sebesar 4,87%, lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2024 yang mencapai 5,02%. Oleh karena itu, pelonggaran kebijakan moneter diharapkan dapat mendukung percepatan pemulihan ekonomi.
"Oleh karena itu, Bank Indonesia juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tentu saja pertimbangan inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil dan cenderung menguat," ujar dia.
BI Revisi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025
Adapun dengan realisasi PDB triwulan I 2025 dan mencermati dinamika perekonomian global, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 berada dalam kisaran 4,6–5,4%, sedikit lebih rendah dari kisaran prakiraan sebelumnya 4,7–5,5%.
Berbagai respons kebijakan perlu makin diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, antara lain melalui penguatan permintaan domestik serta optimalisasi peluang peningkatan ekspor.
"Dalam kaitan ini, bauran kebijakan moneter dan makroprudensial Bank Indonesia yang didukung percepatan digitalisasi sistem pembayaran terus disinergikan dengan kebijakan stimulus fiskal Pemerintah, termasuk dukungan terhadap implementasi program Asta Cita Pemerintah," ujarnya.
Ketidakpastian Global
Perry menyampaikan ketidakpastian perekonomian global sedikit mereda dengan adanya kesepakatan sementara antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok untuk menurunkan tarif impor selama 90 hari.
Perkembangan ini mengakibatkan lebih baiknya prospek perekonomian dunia bila dibandingkan dengan proyeksi April 2025 dari sebelumnya 2,9% menjadi 3,0%. Pertumbuhan ekonomi AS dan Tiongkok diprakirakan lebih baik dari proyeksi April 2025, yang kemudian berdampak positif pada berbagai negara lain termasuk Eropa, Jepang, dan India.
"Penurunan tarif diprakirakan juga menurunkan proyeksi inflasi AS, sehingga mendorong tetap kuatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR). Sementara itu, yield US Treasury lebih tinggi dari prakiraan sejalan dengan meningkatnya risiko kesinambungan fiskal AS," pungkasnya.