Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan kembali mendapat tugas baru dari Presiden Prabowo Subianto. Kini, dia ditunjuk sebagai Ketua Satgas Percepatan Pembangunan Kawasan Swasembada Pangan, Energi, dan Air Nasional.
Penunjukkan ini tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2025. Zulkifli Hasan membawahi 27 Kementerian/Lembaga dalam percepatan tersebut.
"Saya diperintahkan sebagai Ketua Tim Percepatan Pembangunan Kawasan Swasembada pangan Energi dan Air Nasional. Anggotanya banyak, ada 27 Kementerian Lembaga. Bersama dengan Menko Infraswil (Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan)," kata Menko Zulkifli di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Rabu (20/8/2025).
Atas penunjukkan ini, Zulkifli akan bertugas sebagai koordinator dalam menyusun kebijakan pada proyek strategis nasional (PSN). Utamanya berkaitan dengan sektor pangan, energi, dan air. Termasuk juga bagi pengembangan energi baru terbarukan.
"Tadi outputnya itu adalah proyek strategis nasional kawasan prioritas untuk pangan, energi dan air, termasuk energi baru terbarukan. (Khusus urusan) lahannya, bukan mengenai solar panelnya, tapi lahan tempatnya, itu yang saya diminta (jadi koordinator)," tutur dia.
Pada urusan pangan ini, Zulkifli menegaskan tak sebatas mengurus beras dan jagung, tapi juga melibatkan komoditas lain. "Pangan itu dalam artian luas ya, bukan cuma padi dan jagung. Tapi pangan itu kan ada ikan, ada garam, ada sapi, susu, minyak, goreng, dan sebagainya," tegas dia.
Kunci Swasembada Pangan
Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menekankan pentingnya memperkuat produksi pertanian nasional guna mencapai swasembada, ketahanan, dan kedaulatan pangan. Menurutnya, seluruh upaya harus diarahkan pada peningkatan jumlah penanaman agar panen pun lebih melimpah.
Sudaryono menegaskan bahwa inti dari ketahanan dan swasembada pangan adalah menanam sebanyak dan sesering mungkin.
“Kedaulatan, ketahanan, dan swasembada itu intinya harus menanam. Nanam banyak, panen banyak. Nanam lebih sering, panennya lebih sering. Maka tidak bisa kita berwacana. Intinya itu dari mencapai swasembada,” kata Sudaryono dalam Sarasehan Musyawarah Nasional X HKTI dan Kongres Tani Indonesia, di Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (25/6/2025).
Petani Harus Punya Akses
Menurut dia, produksi pangan yang berlimpah hanya bisa tercapai jika petani memiliki akses terhadap bibit unggul, teknologi pertanian, serta dukungan riset dan inovasi. "Instrumen yang harus dipenuhi supaya nanamnya lebih banyak yakni bibit harus unggul, supaya panen banyak, nanam lebih banyak, bibitnya harus baik," ujarnya.
Ia juga menyebut bahwa peningkatan produktivitas tidak hanya berlaku untuk tanaman pangan, tapi juga komoditas seperti kelapa, kakao, kopi, dan cokelat. Penelitian terhadap bibit unggul harus dilanjutkan dan hasilnya harus diimplementasikan.
"Maka penelitian menjadi penting. Penelitian tentang bibit unggul. Kita butuh air, karena kalau musim kemarau orang tidak bisa nanam, bagaimana caranya kemarau bisa nanam," ujar Sudaryono.
Kementan Buka Ruang
Wamentan membuka pintu selebar-lebarnya bagi pihak yang ingin bergerak di bidang pertanian, termasuk dari kalangan pengusaha dan petani anggota Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Ia memastikan, Kementerian Pertanian memiliki semua sumber daya dan keahlian yang dibutuhkan.
"Oleh karena itu saya men-challenge, tadi Pak Menteri sudah men-challenge, kalau ada pengusaha petani, pengusaha yang mau bergerak di bidang pertanian, maka ahlinya ahli di Kementerian Pertanian. Bibit yang unggul, sumber informasinya di kami. Cara menanam kakao yang benar, tekniknya ada di Kementerian kami," katanya.
Ia juga mengajak agar wacana yang dibangun oleh organisasi tani tidak hanya berhenti pada diskusi semata. Dengan panen yang lebih banyak, ia meyakini produksi nasional akan meningkat signifikan.