Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengungkapkan salah satu proyek yang digarapnya, Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) Paket 3 telah mencapai progres 74,9%.
Proyek ini ditargetkan rampung pada 2025. Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito (BW) menuturkan, proyek Tol Probowangi merupakan salah satu komitmen perseroan dalam mendukung Asta Cita Pemerintah.
"Pembangunan infrastruktur ini mampu meningkatkan efisiensi logistik, memperkuat konektivitas antar wilayah, dan mendukung perekonomian nasional. WIKA yakin dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memfasilitasi transportasi yang lebih efisien dan berkelanjutan." ujar dia dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Jumat (14/3/2025).
Jalan Tol Probowangi dibangun untuk menambah akses antara wilayah Probolinggo dan Banyuwangi yang selama ini hanya memiliki akses jalur arteri.
Perseroan berharap, hadirnya Jalan Tol Probowangi dapat mengurangi kepadatan di jalur arteri, menurunkan biaya logistik, serta meningkatkan daya saing ekonomi daerah Probolinggo, Banyuwangi dan sekitarnya.
Melalui Tol Probowangi, waktu tempuh diperkirakan akan berkurang sekitar 30-50% sehingga mengefisiensikan konsumsi bahan bakar, ungkap WIKA. Secara keseluruhan, Tol Probowangi ini juga diproyeksikan mampu menurunkan biaya logistik sebesar 10-20%.
Dalam pembangunan proyek ini, WIKA mengimplementasikan teknologi mutakhir, yaitu penerapan Building Information Modeling (BIM) untuk efisiensi perencanaan dan desain.
WIKA juga melakukan penerapan teknologi geoteknik melalui pemanfaatan drone dan pemetaan 3D untuk survei tanah yang lebih akurat.
Selain itu, Perseroan juga berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah melalui pemberdayaan tenaga kerja lokal dan subkontraktor lokal.
Dampak Sosial dan Lingkungan
Sebagai penerapan ESG unggul, WIKA menyampaikan, perseroan memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dalam proses pembangunannya.
Hal ini dilakukan melalui Program Tanggung Jawab Sosial (TJSL), dimana WIKA terlibat dalam bantuan pembangunan fasilitas desa, penanaman pohon, serta pencegahan banjir untuk daerah sekitar proyek.
WIKA menegaskan komitmennya dalam menyediakan infrastruktur berkualitas untuk mendukung konektivitas antar wilayah dan pengurangan biaya logistik di Indonesia. Sebagai perusahaan EPCC terdepan, WIKA berkomitmen terus menghadirkan solusi inovatif yang ramah lingkungan dan berdampak sosial positif.
WIKA Genjot Pertumbuhan Ekonomi hingga Multiplier Effect Lewat Tol Akses Patimban
Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) terus berupaya mewujudkan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Akses Patimban Paket 4 di Subang, Jawa Barat.
Infrastruktur ini akan menjadi simpul penting dalam rantai konektivitas antara kawasan industri di Jawa Barat dengan Pelabuhan Patimban, memperlancar arus logistik, hingga mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Subang dan sekitarnya.
Hingga Januari 2025, progres pekerjaan proyek ini telah mencapai 38% dengan sejumlah lingkup pekerjaan yang telah terealisasi di antaranya, pekerjaan tanah, pemasangan PCU Girder untuk Interchange 02 dan 03, pemancangan Concrete Spun Pile Jembatan Sungai Cipunagara, pekerjaan Pile Head dan pengecoran Slab pada Pile Slab 18 hingga 21, serta pengaspalan pada Relokasi Jalan Akses Pelabuhan Patimban.
Sebagai bagian dari upaya mewujudkan lean construction dan keberlanjutan, Wijaya Karya menggunakan inovasi metode kerja Hydraulic Static Pile Driver (HSPD), di mana tiang pancang ditekan ke dalam tanah menggunakan tekanan hidrolik tanpa menimbulkan getaran.
Penggunaan HSPD memiliki beberapa keunggulan, seperti pemasangan yang lebih cepat dan efisien, meningkatkan presisi, serta meminimalkan risiko pengerjaan ulang (rework). Selain itu, teknologi ini lebih ramah lingkungan karena mengurangi kebisingan, polusi asap, dan potensi dampak terhadap bangunan di sekitar proyek.
Selain proses pembangunannya yang ramah lingkungan, pembangunan Tol Akses Patimban juga menghasilkan multiplier effect yang tinggi, di antaranya penciptaan lapangan kerja melalui pemberdayaan masyarakat setempat, di mana proyek ini telah menyerap 102 tenaga kerja lokal