Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) mulai kehilangan pesonanya sebagai destinasi wisata, terutama bagi pelancong dari Asia Tenggara dan Kanada. Survei terbaru dari CNBC Travel menunjukkan bahwa hampir 80 persen responden asal Asia Tenggara menilai AS kini kurang menarik untuk dikunjungi.
Bahkan, satu dari empat orang mengaku minat mereka untuk bepergian ke negeri Paman Sam itu menurun dalam enam bulan terakhir, seperti dikutip dari CNBC pada Selasa (15/07/2025).
Menariknya, penurunan minat tersebut bukan disebabkan oleh faktor ekonomi semata. Para wisatawan dari Asia Tenggara menyebut kekhawatiran terhadap potensi diskriminasi, kebijakan kontroversial dari era pemerintahan Donald Trump, serta tingginya angka kekerasan bersenjata sebagai alasan utama mereka menghindari perjalanan ke AS.
Sementara itu, wisatawan asal Kanada menghadapi pertimbangan berbeda. Mereka cenderung mengurungkan niat bepergian ke AS karena isu tarif, laporan penahanan di perbatasan, serta nilai tukar yang kurang menguntungkan.
Survei juga mencatat bahwa pelancong muda Kanada lebih terpengaruh oleh kebijakan tersebut dibandingkan kelompok usia yang lebih tua. Namun, secara umum, pelancong muda masih menunjukkan ketertarikan yang relatif tinggi terhadap AS sebagai tujuan wisata.
Berdasarkan hasil urvei yang dilakukan oleh perusahaan riset pasar Milieu Insight terhadap 6.000 wisatawan internasional dari Singapura, Indonesia, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia pada 22 Mei hingga 10 Juni 2025 diketahui bahwa hampir separuh responden survei mengaku pernah mengunjungi AS setidaknya satu kali di masa lalu.
Perbedaan Negara
Namun, di balik berbagai kekhawatiran, sebagian responden terutama dari Vietnam sebesar 57 persen dan Filipina 49 persen justru menunjukkan peningkatan minat untuk berkunjung ke AS dibandingkan enam bulan sebelumnya.
Menurut Zilmiyah Kamble, dosen senior bidang manajemen perhotelan dan pariwisata di James Cook University, Singapura, hal ini kemungkinan berkaitan dengan besarnya komunitas diaspora asal kedua negara tersebut di AS. Data dari Pew Research Center mencatat bahwa pada 2024, warga Filipina merupakan kelompok imigran terbesar keempat di AS, sementara warga Vietnam berada di peringkat kedelapan.
“Mungkin karena koneksi keluarga yang tinggal di sana,” kata Kamble. Namun, ada juga “faktor aspiratif dan kekuatan lunak budaya AS, melalui acara TV, yang masih sangat menarik.”
Warga Filipina Pinky David berbicara kepada CNBC Travel dari AS, yang katanya sering ia kunjungi untuk urusan pekerjaan, keluarga, dan liburan.
“Saya pikir mayoritas orang Filipina, secara umum, masih mempertimbangkan untuk datang ke Amerika,” katanya.
Survei juga mencatat bahwa Singapura menjadi negara dengan penurunan minat paling signifikan terhadap perjalanan ke Amerika Serikat. Sebanyak 55 persen responden asal Singapura menyatakan bahwa mereka kini kurang tertarik mengunjungi AS dibandingkan pada November tahun lalu. Sebaliknya, hanya 7 persen yang mengaku minat mereka justru meningkat.
Di sisi lain, responden asal Vietnam menunjukkan respons paling kuat terhadap kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump. Pada April 2025, Trump mengumumkan tarif sebesar 46 persen untuk barang impor dari Vietnam.
Namun, setelah tercapainya kesepakatan perdagangan pada 2 Juli, tarif tersebut dikurangi menjadi 20 persen untuk barang-barang asal Vietnam, dan 40 persen untuk produk yang dikirim dari negara lain ke Vietnam sebelum dikirim ke AS.
Sentimen Negatif
Temuan survei CNBC sejalan dengan laporan YouGov yang dirilis pada Maret 2025. Laporan tersebut mencatat bahwa sejak Januari, citra dan persepsi global terhadap Amerika Serikat sebagai destinasi wisata mengalami penurunan tajam.
Data YouGov menunjukkan bahwa persepsi terhadap AS terus memburuk hingga Maret, dengan skor bersih (net score) jatuh ke angka negatif di sejumlah kawasan, termasuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), serta negara-negara tetangga seperti Kanada dan Meksiko.
Meski demikian, jumlah orang yang menyatakan bahwa mereka mempertimbangkan AS sebagai tujuan perjalanan internasional berikutnya tetap relatif stabil.
Menariknya, terpilihnya kembali Donald Trump pada November 2024 memicu lonjakan minat di beberapa wilayah seperti Uni Emirat Arab, India, Hong Kong, dan Polandia. Namun, di wilayah lain termasuk Singapura, Kanada, serta Eropa Utara dan Barat minat untuk berkunjung justru mengalami penurunan.
Secara keseluruhan, laporan YouGov menyebutkan bahwa minat global terhadap perjalanan ke Amerika Serikat turun sebesar 13 persen.
Respons Digital
Sentimen daring mengenai perjalanan ke Amerika Serikat ternyata sangat bervariasi tergantung negara asal pengguna, menurut laporan dari perusahaan analitik Sprout Social.
Pada periode 30 April hingga 3 Juni 2025, Sprout Social mencatat lebih dari 87.000 penyebutan dan lebih dari 1 juta interaksi termasuk tanda suka, komentar, dan unggahan ulang di platform seperti X (Twitter), YouTube, Tumblr, dan Reddit yang membahas topik perjalanan ke AS. Dari jumlah tersebut, hampir 50.000 penyebutan berasal dari Kanada, dan sekitar 45 persen di antaranya bernada negatif.
Sebaliknya, dari 18.000 penyebutan dan interaksi yang berasal dari India, sebanyak 96 persen memiliki nada positif atau netral.
Yang menarik, justru pengguna dari Amerika Serikat sendiri menunjukkan sentimen paling negatif terkait perjalanan ke negara mereka, berdasarkan temuan yang sama.