Wamentan Tak Rela Peternak Ayam Dicurangi Tengkulak

7 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengungkap rencana pemangkasan rantai distribusi ayam hidup (livebird). Dia mengaku tidak rela jika oknum tengkulak (middleman) mengambil untung besar.

Dia mengakui rantai distribusi yang saat ini berlaku terlalu panjang. Alhasil, ada kenaikan harga dari setiap lininya. Padahal, harga ayam hidup di tingkat peternak terbilang rendah.

"Karena please, kalau terlalu panjang ini yang ngambil untung itu orang-orang yang gak keringetan gitu loh. Itu kan kita gak rela ya," tegas Sudaryono, ditemui usai menghadiri Indonesia Connect by Liputan6, di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (19/6/2025).

Dia menginginkan harga bisa terjaga baik di tingkat produsen atau peternak, sama halnya dengan yang perlu dibayarkan konsumen.

Harga Ayam

Kementan sendiri mencatat, beberapa waktu terakhir harga ayam hidup sempat menyentuh Rp 14.500 per kilogram (kg) padahal harga acuan pembelian (HAP) yang berlaku adalah Rp 25.000 per kg.

HAP itu mengacu pada Peraturan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 6 Tahun 2024. Untuk itu, Kementan memfasilitas peternak dan pengusaha yang sepakat HPP ayam hidup berlaku Rp 18.000 per kg mulai 19 Juni 2025.

"Harga di produsen itu menurut mereka sudah tinggi. Bagi konsumen harga yang tinggi di produsen itu menjadi harga ayam yang murah dibandingkan harga biasanya. Karena apa? Karena tambahan-tambahan di jalannya ini gak ada gitu, intinya itu. Ini masalah klasik yang harus kita selesaikan," tutur dia.

Dibahas Kemenko Pangan

Sudaryono mengatakan, pemangkasan alur distribusi ayam hidup ini sudah dilakukan bersama Kementerian Koordinator Bidang Pangan yang dipimpin Zulkifli Hasan. Di dalamnya pun turut menyertakan Kementerian Perdagangan.

Dia bilang, seluruh masalah rantai distribusi akan ditangani. Termasuk juga pada distribusi pupuk subsidi.

"Udah dong, kan di Kemenko Pangan kan juga ada Kementerian Pedagangan di situ. Kita ingin pangkas, ruwet-ruwet ini kita pangkas semua.Bukan hanya pupuk, tapi urusan distribusi pangan juga kita pangkas semua," tegas dia.

Distribusi Semakin Mudah

Wamentan Sudaryono menilai, saat ini hubungan antara peternak dna konsumen semakin mudah karena perkembangan teknologi digital. Seharusnya, rantai distribusi bisa dipangkas karena kemudahan tersebut.

"Kan sekarang itu kan gak sesusah dulu ya. Dulu kan orang itu punya orang dari Blitar gitu ya punya telur, dia mau jual ke Jakarta, dia tuh harus pergi ke Jakarta atau telepon ke Jakarta," ujarnya.

"Sekarang tuh dengan teknologi, dengan WA (aplikasi perpesanan WhatsApp) dengan digital revolution, revolusi digital yang kita punya itu memungkinkan orang itu sekarang bisa connect, dari end to end connection itu bisa dilakukan. Nah itu yang kita lagi dorong," tambah Sudaryono.

67 Persen Keuntungan Masuk Kantong Tengkulak

Diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda menghitung, sekitar 67 persen margin keuntungan masuk ke kantong-kantong pengepul atau tengkulak tadi. Porsi ini yang ingin dipangkas oleh Kementan. Pemangkasan tadi akan memanfaatkan eksistensi Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih agar rantai distribusinya lebih sederhana.

"Kita sudah coba menghitung dari mulai broker sampai dengan karkas yang dijual ke konsumen. Karena dari rumah potong itu sampai ke konsumen itu ada pengepul juga, ada lapak lagi. Itu marginnya bisa 67 persen. Jadi itulah yang mau kita kurangi," ucap dia.

"Dengan apa? Caranya kita mendorong para peternak rakyat, peternak mandiri untuk bergabung, membentuk kooperasi atau bergabung dalam Koperasi Merah Putih yang saat ini sudah ada untuk men-supply tentu daging ayamnya," sambungnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |