Trump dan Xi Jinping Bertemu di KTT APEC 30 Oktober 2025, Siap Berdamai?

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, dijadwalkan bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping, untuk pertama kalinya sejak kembali menjabat pada Januari lalu. Pertemuan akan berlangsung di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik, atau APEC pada  30 Oktober 2025.

Salah satu agenda yang dibicarakan dalam pertemuan ini adalah meredakan perang dagang terus mengalami pasang surut sejak April lalu.

Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengonfirmasi jadwal tersebut dan menyebut bahwa Trump yakin pertemuan ini akan menghasilkan kemajuan.

"Saya pikir kita akan keluar dengan sangat baik dan semua orang akan sangat senang," ujarnya berkomentar mengenai pertemuan antara Trump dengan Xi Jinping, dikutip dari CNBC, Senin (27/10/2025).

Pertemuan ini menjadi momen bersejarah bagi  kedua pemimpin setelah terakhir kali bertatap muka pada 2019. Namun, kali ini tensi perdagangan antara Washington dan Beijing kembali meningkat akibat serangkaian kebijakan pembatasan baru dari kedua pihak, termasuk pengenaan tarif hingga 100 persen dan larangan ekspor teknologi strategis.

Salah satu topik utama dalam agenda pembicaraan adalah sengketa perdagangan yang belum terselesaikan, terutama terkait tarif impor, perdagangan hasil pertanian, dan ekspor mineral tanah yang jarang. Trump menegaskan, isu-isu seperti fentanil, kedelai, dan titik api geopolitik Taiwan juga akan menjadi bagian dari diskusi bilateral.

Dalam beberapa minggu terakhir, China memperluas pembatasan ekspor mineral tanah jarang, komponen vital dalam industri teknologi juga dibatasi, sebagai respons terhadap sanksi dagang AS. Sebagai balasan, Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan hingga 100 persen terhadap berbagai produk asal Tiongkok.

Menteri Perdagangan China, Wang Wentao, menilai bahwa kedua negara masih memiliki peluang untuk bekerja sama.

"AS dan China masih dapat menemukan cara berdialog dan bekerja sama, daripada bergeser menjadi perpecahan," katanya dalam konferensi pers 24 Oktober lalu.

Meskipun hubungan dagang AS-China kembali tegang, konfirmasi pertemuan ini dianggap sebagai sinyal positif menuju de-eskalasi. Menurut analis dari Eurasia Group, Dan Wang, kehadiran Xi menunjukkan kesiapan Beijing untuk membuka peluang kompromi, misalnya melalui peningkatan pembelian produk pertanian AS atau kelonggaran investasi bilateral.

Namun, para pakar menilai bahwa kesepakatan komprehensif masih jauh dari jangkauan. "Kedua pihak mungkin hanya sepakat untuk melanjutkan perundingan, bukan mencapai kesepakatan penuh," ujar Han Shen Lin dari The Asia Group.

Trump sendiri, yang sempat mengancam akan membantalkan pertemuan akibat kebijakan ekspor China, kini melunakkan sikapnya. Dalam pernyataan terbarunya, ia menegaskan memiliki hubungan baik dengan Xi Jinping dan berharap pembicaraan nanti menghasilkan kesepakatan yang adil dan bermanfaat bagi kedua pihak.

Pertemuan bilateral antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini akan menjadi sorotan utama investor global. Ketidakpastian kesepakatan perdagangan dapat memengaruhi pergerakan pasar saham, nilai tukar, hingga harga komoditas dunia.

Gabriel Wildau, Direktur Pelaksana di Teneo, menilai bahwa pertemuan Trump dan Xi akan menjadi kunci dalam memulihkan ketenangan hubungan bilateral dan membuka jalan bagi potensi kesepakatan baru pada awal 2026.

Trump dijadwalkan melanjutkan kunjungan Asia-nya dengan kunjungan ke Tokyo pada 27 Oktober untuk bertemu Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, sebelum menuju Korea Selatan untuk agenda APEC dan pertemuan penting dengan Xi Jinping.