Top 3: Apple Bakal Pindahkan Produksi iPhone AS ke India

16 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Apple dilaporkan berencana memindahkan seluruh perakitan iPhone untuk pasar Amerika Serikat (AS) ke India. Hal ini sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap basis produksi di China, terutama di tengah tensi perdagangan yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

Menurut laporan Financial Times, dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu (26/4/2025), perusahaan teknologi senilai 3 triliun dolar AS ini menargetkan peralihan tersebut bisa dimulai paling cepat tahun depan. Apple sebelumnya terkena dampak dari kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan pemerintahan Trump.

Pada satu titik, Apple menjadi salah satu perusahaan dengan penurunan nilai saham terbesar karena ancaman tarif impor besar terhadap produk-produknya yang dirakit di China. Meski begitu, keputusan Gedung Putih untuk tidak memasukkan ponsel pintar ke dalam daftar tarif tertinggi memberikan sedikit keringanan.

Namun, Apple tetap terkena pajak impor sebesar 20% untuk seluruh produk dari China, sebagai bagian dari respons AS terhadap peran China dalam produksi Fentanyl. Proses perakitan iPhone sangat kompleks, melibatkan lebih dari 1.000 komponen dari berbagai negara, meski sebagian besar masih dirakit di China.

Artikel Tinggalkan China, Apple Bakal Pindahkan Produksi iPhone AS ke Negara Ini menyita perhatian pembaca di Kanal Bisnis Liputan6.com. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di Kanal Bisnis Liputan6.com? Berikut tiga artikel terpopuler di Kanal Bisnis Liputan6.com yang dirangkum Minggu (27/4/2025):

1. Tinggalkan China, Apple Bakal Pindahkan Produksi iPhone AS ke Negara Ini

Apple dilaporkan berencana memindahkan seluruh perakitan iPhone untuk pasar Amerika Serikat (AS) ke India. Hal ini sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap basis produksi di China, terutama di tengah tensi perdagangan yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

Menurut laporan Financial Times, dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu (26/4/2025), perusahaan teknologi senilai 3 triliun dolar AS ini menargetkan peralihan tersebut bisa dimulai paling cepat tahun depan. Apple sebelumnya terkena dampak dari kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan pemerintahan Trump.

Pada satu titik, Apple menjadi salah satu perusahaan dengan penurunan nilai saham terbesar karena ancaman tarif impor besar terhadap produk-produknya yang dirakit di China. Meski begitu, keputusan Gedung Putih untuk tidak memasukkan ponsel pintar ke dalam daftar tarif tertinggi memberikan sedikit keringanan.

Namun, Apple tetap terkena pajak impor sebesar 20% untuk seluruh produk dari China, sebagai bagian dari respons AS terhadap peran China dalam produksi Fentanyl. Proses perakitan iPhone sangat kompleks, melibatkan lebih dari 1.000 komponen dari berbagai negara, meski sebagian besar masih dirakit di China.

Berita selengkapnya baca di sini

2. Harga Emas Hari Ini Anjlok 2%, Dua Sentimen Jadi Biang Kerok

Harga emas anjlok 2% pada Jumat, 25 April 2025. Seiring koreksi harga emas hari ini Jumat, 25 April 2025 waktu setempat mendorong kinerja mingguan merosot karena dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat.

Selain itu, sentimen negatif lain yang bebani harga emas dipicu meredanya ketegangan perdagangan AS dan China setelah laporan China telah membebaskan beberapa barang AS dari tarifnya.

Mengutip CNBC, Sabtu (26/4/2025), harga emas di pasar spot turun 1,7% menjadi USD 3.290,43 per ounce pada pukul 3.17 PM ET. Harga emas batangan terpangkas 1,25% pekan ini.

Di sisi lain, harga emas berjangka AS melemah 1,6% menjadi USD 3.299. "Penurunan tarif yang nyata berdampak negatif pada harga emas. Namun, sejauh ini kami belum melihat likuidasi yang substansial,” ujar Commodity Strategisty TD Securities, Daniel Ghali.

"Namun, kami tahu mereka terus membeli saat harga sedang turun selama beberapa sesi terakhir, jadi kami pikir emas dapat melanjutkan kenaikannya,” ia menambahkan.

Berita selengkapnya baca di sini

3.AS-China Saling Bantah soal Negosiasi Dagang Menambah Ketidakpastian Global

Amerika Serikat (AS) dan China kembali mengirim sinyal yang saling bertentangan terkait negosiasi tarif, memperkeruh ketidakpastian seputar perang dagang yang dikhawatirkan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

Presiden AS Donald Trump dalam wawancaranya dengan majalah TIME pada Jumat (waktu setempat) menyatakan negosiasi tarif dengan China sedang berlangsung. Ia bahkan mengklaim Presiden China Xi Jinping telah meneleponnya. Pernyataan ini kembali ia tegaskan kepada wartawan sebelum berangkat ke Roma untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.

Namun, pernyataan Trump langsung dibantah oleh Kementerian Luar Negeri China yang menyatakan, China dan AS tidak sedang melakukan konsultasi atau negosiasi soal tarif. Pernyataan ini dipublikasikan melalui akun resmi Kedutaan Besar China di AS. China juga menambahkan bahwa AS seharusnya berhenti menciptakan kebingungan.

Berbicara dari pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengatakan membuka akses pasar China untuk produk AS akan menjadi kemenangan besar, dan tarif dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai itu.

"Bebaskan China. Biarkan kami masuk dan bekerja di China.Itu akan luar biasa, tapi saya bahkan belum yakin akan memintanya karena mereka tidak mau pasarnya terbuka," ujar Trump, dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu (26/4/2025).

Berita selengkapnya baca di sini

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |