Liputan6.com, Jakarta Beijing menyatakan siap mengambil langkah balasan terhadap Washington bila Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ingin benar-benar memberlakukan tarif baru sebesar 100 persen untuk produk impor asal China.
Ancaman tarif impor terbaru Trump muncul setelah China memperketat ekspor mineral tanah jarang (rare earth) pekan lalu. Ketegangan ini dikhawatirkan menggagalkan kemajuan berbulan-bulan dalam perundingan dagang kedua negara.
“Menggunakan ancaman tarif tinggi bukanlah cara yang tepat untuk berkomunikasi dengan China,” ujar juru bicara Kementerian Perdagangan China, melansir CNN, seperti dikutip Selasa (14/10/2025).
Ini menjadi pernyataan pertama Beijing menanggapi ancaman tersebut. “Jika AS tetap bertindak sepihak, China akan dengan tegas mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga hak dan kepentingan sah kami,” lanjutnya.
“Sikap kami terhadap perang tarif tidak berubah — kami tidak menginginkannya, tetapi kami juga tidak takut akan hal itu.”
Memanasnya tensi perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini langsung mengguncang pasar saham, memicu kekhawatiran terulangnya perang tarif saling balas seperti musim semi lalu, ketika bea impor kedua negara melonjak hingga sekitar 145 persen dan 120 persen.
Situasi China-AS Semakin Memanas
Situasi ini juga menambah ketidakpastian pada jalannya perundingan dagang. Trump dan Presiden China, Xi Jinping, dijadwalkan bertemu di Korea Selatan dalam dua minggu mendatang, namun Trump meragukan pertemuan itu akan terlaksana dengan alasan kebijakan tanah jarang.
China tidak menunjukkan tanda akan mundur. Kementerian mendesak Washington untuk “segera memperbaiki langkah yang keliru” dan “menjaga kemajuan negosiasi yang telah susah payah dicapai.”
China menyebut kebijakan baru soal tanah jarang sebagai “langkah sah” dan menuding AS sebagai pihak yang memicu eskalasi terbaru.
Dalam dua pekan setelah putaran perundingan di Madrid pada bulan September, pemerintahan Trump memperkenalkan sejumlah aturan restriktif terhadap China.
Sejak saat itu, AS menambahkan sejumlah perusahaan China ke daftar ekspor terlarang, memperluas cakupan hingga anak perusahaan yang terdaftar, serta menerapkan biaya khusus di pelabuhan terhadap kapal berbendera China.
“Tindakan AS sangat merugikan kepentingan China dan merusak suasana perundingan ekonomi dan dagang bilateral. China sangat menentang langkah-langkah tersebut,” tegas juru bicara kementerian perdagangan.
Cakupan Aturan Tanah Jarang
Aturan ekspor tanah jarang terbaru China mencakup daftar mineral terbatas yang lebih luas dan pembatasan pada teknologi produksinya, termasuk penggunaan di luar negeri untuk aplikasi militer dan semikonduktor.
Kebijakan ini diperkirakan memberi tekanan besar pada industri global dan rantai pasok teknologi yang mengandalkan mineral tersebut untuk memproduksi berbagai perangkat, mulai dari elektronik sehari-hari, semikonduktor, kendaraan, hingga jet tempur.
Trump sebelumnya menyebut langkah China itu sebagai tindakan “sangat bermusuhan” dan “aib moral dalam berhubungan dengan negara lain” melalui unggahan di Truth Social.
Namun para pengamat menilai kebijakan Beijing pada dasarnya menggambarkan pembatasan yang telah berlaku di AS terhadap semikonduktor selama bertahun-tahun, yang banyak membatasi ekspor chip atau peralatan pembuatan chip ke China, baik dari AS hingga dari ketiga negara tempat di mana chip tersebut dibuat dengan menggunakan teknologi AS.
Ketidakkonsistenan Amerika Serikat
Kementerian Perdagangan China menilai reaksi yang ditunjukkan oleh AS terhadap aturan baru yang diberlakukan itu menjukkan “standar ganda” negara tersebut.
"Selama ini, Amerika Serikat telah melebih-lebihkan konsep keamanan nasional dan menyalahgunakan kendali ekspor, menerapkan langkah-langkah diskriminatif terhadap Tiongkok, dan memberlakukan pembatasan 'yurisdiksi lengan panjang' sepihak terhadap berbagai macam produk," ujar juru bicara tersebut.
Daftar kendali ekspor AS mencakup lebih dari 3.000 item, dibandingkan dengan hanya lebih dari 900 item dalam daftar Tiongkok, tambah mereka.
China sudah lama mengkritik AS karena menerapkan kendali di luar perbatasannya melalui aturan ekspor yang melarang perusahaan ketiga negara yang memasok chip yang dibuat menggunakan teknologi Amerika ke China. Tetapi, langkah yang di ambil China pada minggu ini mengisyaratkan perubahan strategi dengan mengadopsi taktik yang serupa.