Liputan6.com, Jakarta - Kondisi pendanaan transportasi publik seperti layanan kereta dan bus umum di Amerika Serikat (AS) kian memprihatinkan. Bahkan, salah satu kota terbesar di negara itu terpaksa harus mengandalkan perusahaan judi olahraga demi menjaga operasional transportasi publik.
FanDuel merupakan aplikasi taruhan olahraga, yang ikut turun tangan dengan menyubsidi layanan kereta khusus menuju dan dari laga pembuka NFL tim Philadelphia Eagles pekan lalu. Jalur tersebut sebelumnya dipangkas akibat krisis keuangan yang melanda Otoritas Transportasi Pennsylvania Tenggara (SEPTA), otoritas transportasi terbesar kelima di AS.
FanDuel mengeluarkan dana sebesar USD 80.000 atau sekitar Rp 1,3 miliar untuk menghidupkan kembali layanan kereta ekspres khusus olahraga demi mengangkut ribuan orang menuju pertandingan Eagles.
“Kami bangga dapat berkolaborasi dengan SEPTA untuk menyediakan transportasi yang andal bagi para penggemar,” ujar pihak FanDuel dikutip dari CNN, Kamis (11/9/2025).
Namun, krisis tak hanya dirasakan saat laga besar. Sekitar 700.000 komuter di wilayah Philadelphia yang setiap hari bergantung pada SEPTA kini harus menghadapi waktu tunggu lebih lama, kereta dan bus yang kian padat, serta kesulitan lain selama berminggu-minggu.
Bulan lalu, anggota legislatif negara bagian gagal mencapai kesepakatan untuk menutup defisit anggaran USD 213 juta yang membebani SEPTA. Kondisi serupa juga menghantui agen transportasi lain di kota-kota besar seperti Chicago dan San Francisco, hingga negara bagian seperti Rhode Island. Mereka terancam melakukan pemangkasan layanan, kenaikan tarif, hingga PHK massal.
Sumber Pendapatan Tak Biasa
Biasanya, otoritas transportasi publik memang memanfaatkan dukungan swasta melalui kerja sama sponsor atau penamaan stasiun. Namun, langkah FanDuel yang mendanai jalur kereta menjelang laga Eagles disebut para ahli sebagai tanda bagaimana operator transportasi kini terpaksa berpacu dengan waktu mencari dana tambahan.
“Banyak lembaga transportasi di AS yang kekurangan dana, sehingga harus mencari sumber pendapatan tak biasa untuk menutupi celah,” jelas peneliti perumahan dan transportasi dari Urban Institute, Yonah Freemark.
“Kondisi ini menunjukkan bagaimana transportasi diperlakukan berbeda dengan layanan publik lainnya. Kita tidak pernah meminta sponsor korporasi untuk membayar polisi atau pemadam kebakaran, misalnya," tambah dia.
Selain untuk laga NFL, transportasi publik juga kerap menjadi pilihan masyarakat untuk menghindari kemacetan saat menghadiri konser atau acara besar lainnya. Namun, keterbatasan sistem transportasi umum di AS akan kembali diuji saat perhelatan besar seperti Piala Dunia FIFA 2026 di sejumlah kota termasuk Philadelphia, serta Olimpiade Musim Panas 2028 di Los Angeles.
Tak Bisa Naikkan Tarif
Pendanaan transportasi publik di banyak kota AS semakin berat karena jumlah penumpang belum kembali pulih sepenuhnya pasca pandemi Covid-19.
Data menunjukkan tingkat penggunaan transportasi umum masih tertinggal. Menurut Asosiasi Transportasi Publik Amerika (AAP), jumlah penumpang baru kembali sekitar 85 persen dibanding era sebelum pandemi.
Sebagai contoh pada penumpang bus SEPTA, penumpang bus kini berada di angka 82 persen, sedangkan kereta bawah tanah baru mencapai 72 persen. Kondisi ini membuat pendanaan operasional semakin sulit, terutama bagi lembaga besar yang selama ini sangat bergantung pada pendapatan tiket.
Menurut Freemark, menaikkan tarif terlalu tinggi atau memangkas layanan terlalu dalam justru bisa membuat mereka akan kehilangan penumpang.
“Ini menempatkan lembaga transportasi pada posisi sulit,” katanya.
Sejak 24 Agustus lalu, warga Philadelphia menghadapi dampak pemangkasan layanan yang disebut SEPTA sebagai “berdampak menghancurkan.” Pemangkasan itu mencakup pengurangan 20 persen layanan kereta bawah tanah dan bus, serta penghapusan 32 perjalanan bus.
SEPTA berencana mengembalikan layanan penuh mulai 15 September, disertai kenaikan tarif sebesar 21,5 persen menjadi USD 2,90. Gubernur Pennsylvania, Josh Shapiro, menyetujui pengalihan ratusan juta dolar dana yang seharusnya digunakan untuk perbaikan dan pemeliharaan jangka panjang, guna menutup biaya operasional harian SEPTA.
Harus Ada Dukungan Federal
Namun, SEPTA menegaskan langkah itu bukan solusi permanen.
“Mengalihkan dana modal untuk menutup biaya operasional, tanpa ada komitmen penggantian, bukan solusi jangka panjang yang berkelanjutan bagi krisis anggaran saat ini,” ujar SEPTA dalam pernyataannya.
Krisis pendanaan ini juga dinilai tak bisa diselesaikan hanya lewat sponsor perusahaan. Menurut para pegiat transportasi, solusi utama adalah dukungan federal yang lebih besar. Saat ini, sekitar dua pertiga pendapatan lembaga transportasi publik di AS berasal dari pemerintah, namun sebagian besar ditanggung pemerintah negara bagian dan lokal.
Sementara itu, belanja pemerintah federal jauh lebih besar untuk infrastruktur jalan. Dari pajak bahan bakar federal, 80 persen dialokasikan untuk jalan raya, dan hanya 20 persen untuk transportasi publik.
“(Jalan raya) punya sumber pendanaan yang lebih jelas dan terprediksi. Sementara lembaga transportasi, sebagian besar tidak,” kata CEO Asosiasi Transportasi Publik Amerika, Paul Skoutelas.