Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah menguat pada pembukaan perdagangan hari inii Selasa 14 Oktober 2025. Rupiah menguat sebesar 10 poin atau 0,06 persen menjadi 16.563 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 16.573 per dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan kurs rupiah berpotensi menguat seiring tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China mereda.
“Retorika Trump lebih lembut, tidak lama setelah dia mengancam 100 persen tarif tambahan untuk China. Trump mengatakan bahwa China akan baik-baik saja, dan AS mau membantu mereka,” katanya dikutip dari Antara, Selasa (14/10/2025).
Presiden AS Donald Trump sempat mengancam China dengan pengenaan tarif baru sebesar 100 persen terhadap barang-barang dari Negeri Tirai Bambu dan membatasi ekspor “perangkat lunak penting”.
Ketegangan AS-China kembali muncul setelah China pada Kamis (9/10), mengumumkan pembatasan ekspor unsur tanah jarang yang memperluas kontrol atas teknologi pemrosesan dan manufaktur. Kebijakan tersebut juga melarang kerja sama dengan perusahaan asing tanpa izin pemerintah terlebih dulu.
Kementerian Perdagangan China menyatakan pembatasan ekspor unsur tanah jarang dilakukan untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional, termasuk kontrol ekspor pada teknologi penambangan, peleburan, pemisahan, produksi material magnetik, serta daur ulang sumber daya sekunder.
AS-China Memanas
Sebagai "balasannya" pada Jumat lalu, Trump menyebut China menjadi "sangat bermusuhan" serta menjadikan AS dan seluruh dunia "sandera" lewat kebijakan pengetatan ekspor secara mendadak. Karena itu, AS akan mulai memberlakukan tarif sebesar 100 persen pada 1 November 2025 atau lebih cepat, tergantung apa yang dilakukan China selanjutnya.
Namun, sikap Trump menjadi lebih lunak setelah indeks saham utama AS turun tajam pada Jumat (10/10), akibat kekhawatiran pasar karena isu perang dagang kembali mencuat.
Pada hari Minggu, Trump menulis di media sosial agar publik tidak terlalu khawatir soal China. "Presiden China Xi Jinping hanya sedang mengalami masa sulit. Dia tidak menginginkan depresi ekonomi bagi negaranya, dan saya juga tidak. AS ingin membantu China, bukan menyakitinya," katanya, menambahkan.
“Rupiah juga didukung oleh naiknya prospek pemangkasan suku bunga The Fed setelah komentar dovish dari Kepala The Fed Philadelphia Anna Paulson yang mengantisipasi pemangkasan suku bunga yang lebih besar ke depannya, dan melihat ancaman inflasi dari tarif tidak sebesar yang dikhawatirkan,” kata Lukman.
Berdasarkan sentimen-sentimen tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkisar Rp16.500-Rp16.600 per dolar AS.
Rupiah Melemah ke Level Rp 16.573, Pengamat Ungkap Biangkeroknya
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi, Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi, mencatat pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah tipis 3 point di level Rp 16.573 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.570.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 16.570 - Rp 16.620," kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (13/10/2025).
Ibrahim menjelaskan, pelemahan rupiah tersebut pengaruhi oleh faktor eksternal, yakni Presiden AS Donald Trump memicu kembali ketegangan perdagangan pada hari Jumat dengan mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% pada impor Tiongkok dan memperketat kontrol ekspor pada teknologi penting.
"Pernyataan tersebut meresahkan pasar keuangan," imbuhnya.
Disisi lain, Trump melunakkan nada bicaranya selama akhir pekan, memberi tahu pasar untuk "tidak khawatir tentang Tiongkok" dan mengisyaratkan Washington tidak merencanakan eskalasi langsung.
Perubahan ini membantu menenangkan beberapa pihak, tetapi para pedagang tetap waspada terhadap perubahan kebijakan yang tidak terduga dari Gedung Putih.
Faktor Eksternal Lainnya
Beijing menanggapi pernyataan Trump dengan mengatakan "tidak takut" akan perang dagang dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya.
"Sikap tegas ini meningkatkan kekhawatiran tentang eskalasi baru dalam ketegangan ekonomi AS-Tiongkok," ujarnya.
Lebih lanjut, kata Ibrahim faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi pelemahan rupiah adalah pemimpin baru Partai Demokrat Liberal, Sanae Takaichi, setelah Komeito keluar dari koalisi yang berkuasa pada hari Jumat, yang menghancurkan harapannya untuk menjadi perdana menteri perempuan pertama di negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia.
Disisi lain, Kepresidenan Prancis mengumumkan susunan kabinet baru Perdana Menteri Sebastien Lecornu pada hari Minggu, mengangkat kembali Roland Lescure, sekutu dekat Emmanuel Macron, sebagai menteri keuangan.
Menurutnya, likuiditas pasar mungkin terpengaruh oleh hari libur karena sebagian wilayah AS merayakan Hari Columbus/Hari Masyarakat Adat pada hari Senin nanti, meskipun bursa saham tetap buka. Jepang tutup pada hari Senin untuk memperingati Hari Kesehatan dan Olahraga.