Tarif Impor Trump Turun Perkuat Optimisme Perbankan Indonesia

1 week ago 14

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut sektor perbankan Indonesia diproyeksikan tetap stabil seiring meredanya tensi geopolitik global dan penurunan tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menyampaikan perkembangan tersebut memberi ruang bagi ekonomi global dan domestik untuk tumbuh lebih baik, sehingga turut mendukung optimisme perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasi.

"Sektor perbankan Indonesia menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah dinamika perekonomian dan politik global,” kata Dian dikutip dari keterangan OJK, Minggu (24/8/2025).

Menurut Dian, pada semester I-2025 ketidakpastian global cukup menekan, mulai dari perang dagang hingga konflik di Timur Tengah. 

"OJK juga menilai bahwa pada semester I-2025, perekonomian global menghadapi ketidakpastian akibat perang dagang dan ketegangan geopolitik, termasuk penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat serta konflik di Timur Tengah,” ujarnya.

Namun, memasuki paruh kedua tahun ini, situasi berangsur membaik setelah AS dan sejumlah negara mitra dagang menyepakati penurunan tarif impor. Untuk Indonesia, tarif impor turun menjadi 19 persen, sehingga membuka peluang ekspor lebih besar.

Tensi Mulai Mereda

“Pada paruh kedua tahun 2025, tensi mulai mereda setelah AS dan sejumlah negara mitra menyepakati penurunan tarif impor, termasuk menjadi 19 persen untuk Indonesia, serta membaiknya situasi geopolitik,” ujarnya.

Prospek Ekonomi Global dan Domestik Membaik

Membaiknya situasi perdagangan internasional mendorong International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3 persen pada 2025 dan 3,1 persen pada 2026, naik dari perkiraan sebelumnya 2,8 persen dan 3 persen. 

"Sejalan dengan itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik juga direvisi meningkat menjadi 4,8 persen pada 2025–2026 dari sebelumnya 4,7 persen,” ujarnya.

OJK menilai perbaikan outlook ekonomi ini akan memperluas ruang perbankan untuk menyalurkan kredit, khususnya pada sektor produktif berbasis ekspor seperti pertambangan dan perkebunan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit investasi yang telah tumbuh signifikan 12,42 persen yoy pada Juli 2025.

Stabilitas Perbankan Tetap Terjaga

Meski ketidakpastian global sempat menekan di awal tahun, perbankan Indonesia masih menunjukkan daya tahan yang kuat. Pada Juli 2025, kredit perbankan tumbuh 7,03 persen yoy, dengan kualitas aset yang terjaga. Non Performing Loan (NPL) berada di level 2,28 persen dan Loan at Risk (LaR) menurun menjadi 9,68 persen.

Likuiditas perbankan juga terpantau solid dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7 persen yoy, serta rasio AL/NCD dan AL/DPK masing-masing 119,43 persen dan 27,08 persen—jauh di atas ambang batas yang ditetapkan.

"Kondisi likuiditas yang membaik juga menunjukkan bahwa kinerja perbankan tetap kuat dengan ditopang implementasi tata kelola yang baik serta mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsi intermediasi yang diproyeksikan dapat tetap mencatatkan pertumbuhan didukung dengan beragam sentimen positif,” pungkasnya.

Penurunan Suku Bunga

Adapun seiring penurunan suku bunga acuan (BI Rate), suku bunga kreditperbankan juga menunjukkan tren menurun. Pada Juli 2025, rata-rata tertimbang suku bunga kredit rupiah turun 7 bps dibanding tahunsebelumnya, terutama pada kredit produktif.

"Umumnya, penurunan BI Rate akan diikuti penurunan bunga kredit dengan jeda waktu tertentu, sehingga diperkirakan tren penurunan masih berlanjut sepanjang 2025,” ujarnya.

OJK menilai masih terdapat ruang penurunan suku bunga kredit lebihlanjut, sejalan dengan ekspektasi penurunan suku bunga global di paruhkedua 2025 dan penurunan BI Rate menjadi 5 persen per 20 Agustus 2025. 

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |