Liputan6.com, Jakarta - Air Canada dan Southwest sebagai maskapai penerbangan terbaru yang mengenakan biaya kepada penumpang untuk bagasi terdaftar, biaya tambahan yang membengkak terkait bagasi penumpang penerbangan menimbulkan keluhan antara kalangan politisi dan kelompok konsumen di sejumlah negara, salah satunya Amerika Serikat dan Kanada.
Pada saat yang sama, penjualan koper ukuran kabin sedang marak.
Melansir BBC, Kamis (5/6/2025) seorang warga asal Toronto, Kanada, Lauren Alexander membagikan keluh kesahnya saat menumpangi penerbangan dari Boston, AS saat berlibur di akhir pekan.
"Rasanya seperti tipuan. Anda membeli tiket, Anda pikir harganya akan lebih murah, lalu Anda harus membayar tambahan USD 200 (untuk membawa koper),” ungkapnya.
Untuk menghindari biaya tersebut, Lauren memilih untuk bepergian dengan ransel kecil atau tas tangan.
Warga lainnya, yakni Sage Riley (27 tahun) juga mengeluhkan mahalnya biaya bagasi penerbangan.
"Biayanya bisa mahal,” katanya.
“Ada saatnya ketika tas terdaftar, pemilihan tempat duduk, dan makanan Anda semuanya menjadi standar pada penerbangan komersial. Namun, semua itu berubah dengan munculnya maskapai penerbangan murah,” kata Jay Sorensen dari konsultan penerbangan AS IdeaWorks.
FlyBe Jadi Pioner
Berawal pada tahun 2006 silam, maskapai penerbangan berbiaya rendah asal Inggris, FlyBe menjadi maskapai pertama di dunia yang mulai mengenakan biaya terhadap bagasi penumpang.
Saat itu, maskapai ini mengenakan biaya 2 Poundsterling untuk barang bawaan yang dipesan sebelumnya, dan 4 Poundsterling jika pelanggan belum membayar di muka.
Maskapai penerbangan murah lainnya kemudian segera mengikuti, dengan maskapai penerbangan yang disebut flag carrier atau maskapai penerbangan mapan juga melakukannya, setidaknya pada penerbangan yang lebih pendek.
Terdorong Oleh Dinamika Pasar
Kemudian pada tahun 2008, American Airlines menjadi maskapai penerbangan pertamadi AS yang mengenakan biaya sebesar USD 15 untuk bagasi penumpang terdaftar pada rute domestiknya.
Jay Sorenson mengatakan maskapai penerbangan tradisional tersebut merasa tidak punya pilihan ketika mereka mulai menyadari bahwa maskapai penerbangan murah memberikan persaingan yang sangat signifikan.
“Mereka merasa harus melakukan sesuatu untuk memenuhinya,” katanya.
Kini, maskapai penerbangan AS sendiri menghasilkan USD 7,27 miliar (Rp118,4 triliun) dari biaya bagasi terdaftar tahun lalu, menurut data federal.
Jumlah tersebut naik dari USD 7 miliar pada tahun 2023, dan USD 5,76 miliar (Rp93,8 triliun) pada tahun 2019.
Inggris Melihat Lonjakan Permintaan Bagasi Ukuran Kabin
Glenn, direktur pelaksana perusahaan bagasi Inggris Antler, mengonfirmasi bahwa ada lonjakan permintaan yang berkelanjutan untuk koper kecil yang memenuhi batasan dimensi maskapai untuk bagasi jinjing.
"Kami telah melihat lonjakan besar dalam pencarian daring dan di situs web kami," katanya.
Saat menjelaskan koper berdimensi kecil baru yang diluncurkan perusahaannya pada bulan April, Glenn menambahkan: "Sebagai bukti tren bepergian hanya dengan tas jinjing, penjualannya sangat laris."
Pada saat yang sama, konten media sosial tentang "trik" mengemas barang saat bepergian dan koper yang memenuhi ukuran tas jinjing maskapai penerbangan, telah melonjak menurut jurnalis perjalanan Chelsea Dickenson. Ia membuat konten ini di platform media sosial TikTok.
"Media sosial benar-benar telah mendorong gagasan tentang perlunya tas yang sesuai dengan persyaratan jatah bagasi," ungkap Dickenson.
"Itu telah menjadi bagian inti dari konten yang saya buat dan posting di media sosial,” ujarnya.