Harga Minyak Melesat, Kekhawatiran Permintaan AS Jadi Beban

5 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak menguat pada perdagangan Jumat, 12 September 2025. Kenaikan harga minyak terjadi setelah serangan pesawat nirawak Ukraina menghentikan sementara pemuatan dari pelabuhan terbesar di Rusia barat, tetapi kenaikannya dibatasi oleh kekhawatiran tentang permintaan AS.

Mengutip CNBC, Sabtu (13/9/2025), harga minyak Brent ditutup ke posisi USD 66,99 per barel, naik 62 sen atau 0,93%. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 32 sen atau 0,51% ke posisi USD 62,69.

Pada awal sesi, harga minyak mentah bereaksi terhadap serangan pesawat nirawal di Pelabuhan Primorsk di barat laut Rusia yang menyebabkan penghentian semetara operasi pemuatan minyak. Demikian disampaikan seorang pejabat dari dinas keamanan SBU Ukraina.

"Serangan-serangan terhadap infrastruktur energi Rusia tersebut berpotensi menurunkan ekspor minyak mentah dan produk olahan Rusia," kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Namun, kemudian hari, kenaikan menyusut karena para pedagang terus fokus pada laporan pekerjaan Amerika Serikat yang direvisi yang dikeluarkan awal pekan ini bersamaan dengan angka inflasi yang lebih tinggi.

"Data ekonomi tidak mendukung reli," kata John Kilduff, mitra Again Capital. "Bobot keseluruhan turun dan trennya bearish."

Data Ekonomi AS

Perekonomian AS kemungkinan menciptakan 911.000 lapangan kerja lebih sedikit dalam 12 bulan hingga Maret dibandingkan perkiraan sebelumnya, ungkap Departemen Tenaga Kerja AS pada Selasa.

Departemen tersebut mengatakan pada Kamis indeks harga konsumen naik 0,4% pada Agustus, kenaikan terbesar sejak Januari, setelah naik 0,2% pada Juli.

Pasar juga mencermati sanksi atau tarif dari pemerintahan Trump yang bertujuan mengurangi penggunaan minyak mentah Rusia oleh India dan Tiongkok.

"Jika ada potensi tarif ke India dan Tiongkok yang merugikan ekspor, maka kita akan melihat minyak mentah Rusia keluar dari pasar," kata Kilduff.

Pasokan Minyak Global

Harga acuan Brent dan WTI masing-masing turun 1,7% dan 2% pada Kamis. Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis mengatakan, pasokan minyak global akan meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan tahun ini.

Hal ini karena rencana peningkatan produksi oleh kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia, menurut sebuah laporan lembaga tersebut.

Namun, laporan OPEC sendiri di kemudian hari tidak mengubah perkiraannya yang relatif tinggi untuk pertumbuhan permintaan minyak tahun ini dan tahun depan, dengan mengatakan ekonomi global mempertahankan tren pertumbuhan yang solid.

Potensi Pembatasan Pasokan Minyak Rusia

Di sisi pasokan, operator pelabuhan swasta terbesar di India, Adani Group, telah melarang kapal tanker yang dikenai sanksi oleh negara-negara Barat memasuki semua pelabuhannya, tiga sumber mengatakan kepada Reuters dan dokumen menunjukkan, hal ini berpotensi membatasi pasokan minyak Rusia.

India adalah pembeli terbesar minyak laut Rusia, sebagian besar dikirim dengan kapal tanker yang dikenai sanksi oleh Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Inggris.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |