Tak Disangka! Bahan Peledak Langka Bisa Bikin Harga Barang Sehari-hari Melonjak

2 weeks ago 18

Liputan6.com, Jakarta Krisis baru tengah menghantui ekonomi global, kali ini bukan soal minyak atau semikonduktor, melainkan TNT, yakni bahan peledak berkekuatan tinggi yang selama ini menjadi penopang berjalannya industri, Di Amerika Serikat, kekurangan TNT kini menjadi masalah serius yang bisa berdampak langsung terhadap harga barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Menurut laporan Institute of Makers of Explosives (IME), kekurangan TNT tidak hanya mengganggu industri pertambangan dan konstruksi, tetapi juga berpotensi menekan rantai pasokan global yang bergantung pada hasil tambang.

“Mulai dari ponsel, laptop, jalan yang Anda lalui untuk berangkat kerja, rumah tempat Anda tinggal, hampir semua hal yang Anda gunakan sehari-hari, semuanya berawal dari bahan peledak komersial,” ujar Presiden IME, Clark Mica.

Sejak fasilitas produksi TNT domestik terakhir ditutup pada pertengahan 1980-an karena aturan lingkungan yang ketat, AS harus bergantung pada pemasok luar negeri. Namun, perang Rusia-Ukraina kini memperkeruh suasana. Lonjakan permintaan TNT untuk kebutuhan militer membuat pasokan global kian terbatas, dan efeknya mulai terasa ke sektor sipil.

Tak hanya TNT, bahan peledak lain seperti RDX yang biasanya menjadi alternatif, juga turut mengalami kelangkaan. Kekurangan pasokan bahan peledak ini dapat menghambat berbagai sektor vital. Tanpa bahan tersebut, industri pertambangan tidak bisa mengekstraksi mineral penting untuk memproduksi perangkat elektronik lainnya seperti ponsel, laptop, ,aupun kendaraan listrik.

Harga TNT Melonjak Drastis, Proyek Infrastruktur Terancam Mahal

Dulu, TNT hanya dibanderol sekitar 50 sen per pon di awal 2000-an. Kini, harganya melonjak tajam hingga menyentuh lebih dari USD 20 per pon. Selain meningkatnya permintaan global, kebijakan tarif dasar 10 persen yang diberlakukan Presiden Donald Trump turut memperparah keadaan dengan menaikkan biaya impor bahan peledak tersebut.

Sebelumnya AS mendapat suplai langsung dari Tiongkok dan Rusia. Adapun produsen di Polandia, Nitro Chem, kini justru kebanjiran orderan dari Ukraina.

“Memang benar Tiongkok dan Rusia yang hingga beberapa tahun lalu menjual TNT langsung ke AS. Saat itu, AS harus sangat bergantung pada Polandia,” ujar James Marques, analis senior di bidang kedirgantaraan, pertahanan, dan keamanan di GlobalData.

“Sekarang kenyataannya, perusahaan Polandia Nitro-Chem sedang kebanjiran pesanan, dan sebagian besar produk mereka justru dikirim melintasi perbatasan ke Ukraina,” tambahnya.

Saat ini, Amerika Serikat bergantung pada pasokan TNT dari Turki, Vietnam, Australia, India dan beberapa negara lain.

“Itu berarti proyek konstruksi yang lebih mahal, proyek infrastruktur yang lebih mahal, produksi energi yang lebih mahal, semua hal ini yang menjadi tumpuan perekonomian kita untuk terus tumbuh,” kata Mica.

Strategi Pemerintah AS Atasi Krisis TNT

Untuk mengatasi masalah ini, Kongres AS menandatangani kontrak senilai USD 435 juta dengan Repkon USA, produsen pertahanan yang ditunjuk untuk membangun fasilitas produksi TNT baru di Graham, Kentucky. Pabrik yang akan dikelola oleh Angkatan Darat AS ini diharapkan dapat mengembalikan kemandirian produksi TNT.

“Hari ini menandai dimulainya kembalinya produksi TNT ke tanah Amerika. Inisiatif bersejarah ini menggarisbawahi komitmen kami untuk memperkuat keamanan nasional dan mengurangi ketergantungan pada sumber asing untuk material penting,” ujar Mayor Jenderal John T. Reim dalam konferensi pers November lalu.

Meski begitu, proyek tersebut diperkirakan baru beroperasi pada 2028, sehingga kebutuhan jangka pendek masih harus dipenuhi lewat impor.

“Dalam jangka pendek, kami harus mencari pasokan untuk memenuhi permintaan,” kata Mica.

Bahan Peledak Alternatif Juga Ikut Langka

Tak hanya TNT, bahan peledak lain seperti RDX yang biasanya menjadi alternatif, kini mengalami kelangkaan. Kekurangan pasokan bahan peledak ini dapat menghambat berbagai sektor vital. Tanpa bahan tersebut, industri pertambangan tidak bisa mengekstraksi mineral penting untuk memproduksi ponsel, laptop, maupun kendaraan listrik.

“Tanpa material-material ini, kita tidak dapat menambang mineral-mineral penting yang digunakan untuk membuat ponsel. Kita juga tidak dapat menambang agregat yang digunakan untuk material jalan raya. Di sisi energi, kita menggunakan bahan peledak komersial dalam produksi energi,” ujar Mica.

Dengan rantai pasokan global yang rapuh dan ketergantungan tinggi terhadap bahan peledak impor, dunia kini menghadapi ancaman baru yang bisa berdampak langsung pada harga barang sehari-hari ari ponsel yang Anda genggam hingga jalan yang Anda lalui setiap hari.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |