Liputan6.com, Pangkal Pinang MIND ID selaku BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia bersama PT Timah Tbk (TIMAH) terus mengakselerasi pengembangan mineral logam tanah jarang (LTJ) atau Rare Earth Element. Salah satunya dengan mengembangkan Pilot Plant Logam Tanah Jarang (LTJ) di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pilot Plant LTJ ini merupakan bentuk komitmen MIND ID dan TIMAH dalam mendukung program hilirisasi mineral nasional yang selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo yakni 'Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri'. Fokus utama saat ini adalah revitalisasi dan modifikasi Pilot Plant sebagai fasilitas pengolahan monasit untuk dapat dimanfaatkan kembali sebagai bagian dari pengembangan LTJ.
MIND ID berharap TIMAH dapat cepat menciptakan nilai tambah melalui industrialisasi LTJ berbasis mineral ikutan dari penambangan timah. Hal ini juga menjadi bagian dari strategi hilirisasi mineral nasional, sekaligus mendorong inovasi teknologi dan peningkatan nilai tambah ekonomi. Terlebih, LTJ sangat dibutuhkan oleh industri-industri strategis seperti magnet permanen, baterai hybrid, elektronik, dan katalis.
Dalam rangka mengakselerasi pengembangan mineral LTJ atau Rare Earth Element (REE), Wakil Direktur Utama MIND ID Dany Amrul Ichdan bersama Direktur Pengembangan Usaha TIMAH Dicky Octa Zahriadi berkunjung ke fasilitas pilot plant pengolahan monasit di Tanjung Ular, Rabu (23/4/2025).
Dany menyampaikan Grup MIND ID melalui TIMAH memiliki kelolaan LTJ yang jarang dimiliki oleh negara-negara lain. Indonesia memiliki kemampuan untuk memproses rare earth ini di dalam negeri sehingga nilai tambah dan manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
"Rare earth element ini terdiri dari 15 unsur, dengan unsur dominan antara lain Cerium, Lantanum, Neodymium dan Praseodimium. Dengan pengembangan rare earth ini, kami yakin Indonesia mampu menjadi basis bagi pengembangan ekosistem industri strategis masa depan," katanya.
Proyek LTJ Jadi Pendorong Kemandirian Energi
Dicky Octa Zahriadi menyampaikan pada tahun 2024, pengembangan berfokus pada pencarian mitra teknologi untuk mempercepat pengolahan monasit menjadi produk Mix Rare Earth Carbonate.
"Untuk mendukung pengembangan teknologi pengolahan monasit, TIMAH bekerja sama dengan berbagai lembaga mitra teknologi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri," katanya.
Selain itu, Dicky juga menjelaskan bahwa Rare Earth mengandung thorium yang dapat dioptimalkan menjadi sumber energi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
"Dengan terus berupaya memanfaatkan potensi thorium dalam negeri, kita dapat berkontribusi dalam meningkatkan nilai tambah dari pengolahan LTJ untuk mendorong kemandirian energi," ujarnya.
Adapun, pilot plant ini telah dimulai sejak tahun 2010 silam, namun dalam perjalanannya, ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan fasilitas pengolahan ini. Ketersediaan teknologi pengolahan yang teruji masih terbatas, sedikitnya opsi mitra strategis yang memiliki teknologi dan pengalaman, serta proses revitalisasi pilot plant memerlukan waktu dan dukungan teknis.
TIMAH terus berkomitmen untuk mengoperasikan pilot plant sebagai tahap awal validasi teknologi dan pengujian skala terbatas. Ke depannya, TIMAH juga berencana untuk membangun pabrik pengolahan LTJ skala komersial dengan bahan baku dari monasit sebagai mineral ikutan timah. TIMAH juga akan meningkatkan kolaborasi strategis dengan mitra teknologi untuk percepatan penguasaan teknologi pengolahan LTJ.
"Dengan adanya pengembangan REE di dalam negeri, TIMAH berupaya untuk memperluas rantai pasok industri berbasis sumber daya alam mineral nasional," tambah Dicky.
Proyek Rare Earth Element di Tanjung Ular menjadi tonggak penting karena REE merupakan komponen vital dalam pengembangan teknologi masa depan dan transisi energi ramah lingkungan.
(*)