Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat masih menjadi pasar utama bagi ekspor komoditas tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki dari Indonesia. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sejumlah negara lain juga berperan signifikan dalam menyerap produk-produk unggulan tersebut selama kuartal I 2025.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyebutkan Jepang menempati urutan teratas sebagai negara tujuan ekspor TPT terbesar setelah Amerika Serikat, dengan nilai mencapai USD 261,7 juta dari Januari hingga Maret 2025. Diikuti oleh Korea Selatan (USD 165,4 juta) dan Tiongkok (USD 109,4 juta).
“Pada Januari sampai dengan Maret 2025, negara selain Amerika Serikat yang menjadi pasar Indonesia untuk komoditas tekstil dan produk tekstil, yang pertama adalah Jepang, itu nilainya USD 261,7 juta,” ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).
Sementara itu, untuk komoditas alas kaki, negara-negara di Eropa mendominasi daftar pasar terbesar setelah AS. Belanda menjadi negara tujuan ekspor alas kaki kedua terbesar dengan nilai USD 160,8 juta, disusul Belgia (USD 149,3 juta), dan Tiongkok (USD 114,1 juta).
Nilai Perdagangan AS dan Indonesia Alami Tren Peningkatan
Sejak tahun 2015 hingga 2024, nilai perdagangan kedua negara secara umum terus mengalami peningkatan.
“Tren peningkatan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika terlihat lebih didorong oleh tren peningkatan neraca perdagangan non-migas,” jelas Amalia.
Berdasarkan data BPS, hingga Maret 2025, Indonesia membukukan surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar USD 4,32 miliar. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2024, yakni sebesar USD 3,61 miliar.
Amalia menjelaskan ekspor Indonesia ke AS didominasi oleh komoditas non-migas, dengan komoditas utama antara lain mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85), pakaian rajutan (HS 61), serta alas kaki (HS 64). Sementara itu untuk migas, Indonesia melakukan impor migas terutama untuk Crude Petroleum Oil, Liquefied Propane, dan Liquefied Butane.
Di sisi impor non-migas dari AS, Indonesia banyak mengimpor mesin dan peralatan mekanis (HS 84), biji dan buah mengandung minyak seperti kedelai (HS 12), serta mesin perlengkapan elektrik (HS 85).