Liputan6.com, Jakarta Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025 menjadi penentu nasib KA Argo Parahyangan yang melayani rute Stasiun Gambir-Bandung. Berdasarkan Gapeka 2025, Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) memutuskan untuk menghentikan operasional kereta api legendaris ini.
Dengan keputusan tersebut, mulai 1 Februari 2025, KA Argo Parahyangan tidak lagi melintas di sepanjang jalur rel kereta api Indonesia.
Mengapa KA Argo Parahyangan Disebut Legendaris?
KA Argo Parahyangan, yang sering dijuluki 'Gopar' telah menjadi moda transportasi andalan masyarakat Jakarta dan Bandung.
Dengan harga tiket kelas eksekutif mulai dari Rp250.000, kereta ini menawarkan kenyamanan dan ketepatan waktu, menjadi alternatif yang lebih praktis dibandingkan perjalanan menggunakan travel atau kendaraan pribadi yang rentan terhadap kemacetan.
KA Argo Parahyangan melayani rute sejauh 166 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 3 hingga 3 jam 15 menit. Hingga akhir 2024, kereta ini memiliki 16 perjalanan setiap harinya.
"Selama 2024, total penumpang KA Argo Parahyangan mencapai 301.737 orang," ujar Manajer Humas KAI Daop 2 Bandung, Ayep Hanapi kepada Liputan6.com, Selasa (21/1/2025).
Sejarah Singkat KA Argo Parahyangan
KA Argo Parahyangan merupakan hasil penggabungan dua layanan kereta api legendaris, yaitu KA Argo Gede dan KA Parahyangan, yang sebelumnya telah dihentikan operasinya.
KA Parahyangan pertama kali melayani jalur Jakarta-Bandung pada 31 Juli 1971. Pada 31 Juli 1995, layanan ini berganti nama menjadi KA Argo Gede. Akhirnya, pada tahun 2010, kedua layanan ini dilebur menjadi satu dengan nama KA Argo Parahyangan.
Pengganti KA Argo Parahyangan
Meskipun KA Argo Parahyangan berhenti beroperasi, jalur Jakarta-Bandung tetap akan dilayani oleh KA Parahyangan sebagai penggantinya.
KA Parahyangan hadir dengan dua kelas, yaitu eksekutif dan ekonomi, berbeda dari Gopar yang seluruhnya merupakan kelas eksekutif.
Per 1 Februari 2025, KA Parahyangan dijadwalkan melayani 10 perjalanan kereta api per hari.