Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar Rupiah (IDR) kembali melemah terhadap Dolar AS (USD) pada Kamis, 19 Juni 2025
“Pada perdagangan sore ini, mata uang Rupiah ditutup melemah 93 point, setelah sebelumnya sempat melemah 100 point di level Rp16.406 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.312,” ungkap Pengamat Mata Uang dan Pasar Komoditas, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (19/6/2025).
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.400 - Rp16.460,” katanya.
Pelemahan Rupiah terjadi setelah Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan utamanya tetap pada 4,25%–4,50%.
Langkah tersebut mempertahankan ekspektasi untuk dua kali pemotongan suku bunga seperempat poin akhir tahun ini.
Dalam pernyataannya, Ketua The Fed Jerome Powell menekankan bahwa inflasi harga barang kemungkinan akan meningkat musim panas ini, karena tarif yang baru-baru ini diberlakukan oleh Presiden Trump mulai melewati rantai pasokan ke konsumen.
The Fed memproyeksikan laju pelonggaran yang lebih lambat ke depannya, memperkirakan suku bunga akan turun menjadi 3,6% pada tahun 2026, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,4%. Untuk tahun 2027, ia melihat suku bunga pada 3,4%, direvisi naik dari 3,1%.
AS Buka Potensi Serangan Terhadap Iran, Rupiah Ambles
Selain itu, pelemahan Rupiah juga terjadi ketika pejabat senior AS sedang mempersiapkan serangan potensial terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang.
Laporan Bloomberg menyebutkan, meskipun rencana masih belum pasti, beberapa pejabat menunjuk akhir pekan sebagai kemungkinan waktu untuk bertindak. Sebelumnya, laporan Wall Street Journal menyebutkan bahwa Presiden AS Donald Trump telah memberi tahu para pembantu seniornya pada Selasa malam bahwa ia telah menyetujui rencana untuk menyerang Iran tetapi menghentikan tindakan tersebut untuk melihat apakah Teheran akan mundur dari ambisi nuklirnya. HALAMAN IIIInsentif Pemerintah Dinilai Bisa Dongkrak Ekonomi di Kuartal II 2025
Ibrahim memperkirakan, pencairan gaji ke-13 ASN dan beberapa insentif pemerintah yang direncanakan pada Juni 2025 diperkirakan akan memberi dorongan yang cukup signifikan pada pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025.
“Namun perang di timur tengah antara Israel dan Iran yang terus terjadi akan menjadi batu sandungan bagi ekonomi indonesia,” kata Ibrahim. Oleh karena itu, menurutnya, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 diperkirakan masih dibawah 5 persen secara tahunan atau year on year (YoY).
Pertumbuhan Ekonomi
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi saat ini berada di kisaran 4,8 persen. Ibrahim mengatakan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, maka paket insentif yang akan diluncurkan, diharapkan bisa mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang merupakan kontributor utama untuk pertumbuhan ekonomi, yaitu sekitar 55 persen.
Jika insentif ini berjalan dengan baik, pertumbuhan konsumsi rumah tangga bisa melonjak dari 4,8 persen menjadi angka yang lebih tinggi, meski durasi dan besaran insentifnya mempengaruhi dampaknya.
Jika insentif hanya berjalan selama dua bulan, maka dampaknya akan sangat terbatas. Selain konsumsi masyarakat, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh faktor lain, termasuk investasi, ekspor, dan impor,” jelasnya.