Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini Jumat (12/9/2025). Kurs rupiah menguat sebesar 34 poin atau 0,20 persen menjadi 16.428 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 16.462 per dolar AS.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah bergerak fluktuatif, dengan kecenderungan stabil di tengah kehati-hatian pasar.
“Rupiah diproyeksikan berada pada kisaran Rp16.420-Rp16.500 per dolar AS, dengan kecenderungan stabil di tengah kehati-hatian pasar menunggu kepastian arah kebijakan The Fed,” katanya, dikutip dari Antara, Jumat (12/9/2025).
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat di Jakarta menguat sebesar 34 poin atau 0,20 persen menjadi Rp16.428 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.462 per dolar AS.
Mengutip Xinhua, salah satu yang mempengaruhi kurs rupiah adalah Consumer Price Index (CPI) AS yang naik 0,4 persen pada Agustus 2025 dari perkiraan sekitar 0,3 persen. Adapun tingkat CPI tahunan mencapai 2,9 persen atau sesuai perkiraan, naik 0,2 persen dari bulan sebelumnya.
Core CPI, yang tak termasuk harga pangan dan energi, juga naik 0,3 persen pada Agustus.
Data Ekonomi AS
Laporan terkait data ekonomi AS terbaru ini dirilis menjelang Federal Reserve (The Fed) bersiap untuk Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari yang berakhir pada 17 September.
Meskipun inflasi AS naik, pasar mengantisipasi peluang penurunan suku bunga 25 basis points (bps) sebesar 90,8 persen dan 50 bps hanya 9,2 persen. Para investor masih mengantisipasi total pelonggaran sebesar 75 bps hingga akhir tahun.
“Dari dalam negeri, fokus pasar masih pada implementasi kebijakan penempatan dana pemerintah ke perbankan, yang akan berpengaruh pada persepsi investor terkait stabilitas fiskal dan efektivitas stimulus,” ujar Josua.
BI Rate Turun ke 5%, OJK: Suku Bunga Kredit Masih Berpeluang Melandai
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5% pada periode Agustus 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (KE PBKN) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae, mengatakan penurunan BI Rate telah diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan.
"Dibandingkan tahun sebelumnya, rerata suku bunga kredit rupiah pada Juli 2025 tercatat turun 36 bps untuk kredit investasi dan turun 20 bps untuk kredit modal kerja,” kata Dian dikutip dari jawaban tertulisnya, Jumat (12/9/2025).
Dian menjelaskan, umumnya penurunan BI Rate akan diikuti penurunan suku bunga kredit dengan jeda waktu beberapa periode. Oleh karena itu, suku bunga kredit diperkirakan masih akan menurun sebagai respons dari penurunan BI Rate pada 2025.
Ditambah lagi dengan ekspektasi penurunan suku bunga global pada Triwulan 4 tahun 2025, OJK melihat bahwa masih terdapat ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut.
"Namun, penurunan suku bunga pada masing-masing bank akan tergantung pada strategi dan struktur biaya masing-masing bank, terutama terkait dengan biaya dana (Cost of Fund/CoF),” ujarnya.
Bank Perlu Kelola Strategi Pendanaan
Dian mengatakan, bank perlu mengelola strategi pendanaan mereka, khususnya untuk meningkatkan porsi dana murah, untuk menciptakan ruang penurunan suku bunga kredit.
"OJK senantiasa menghimbau agar bank dapat secara bertahap menyesuaikan tingkat suku bunganya, agar tetap sejalan dengan kondisi pasar, rasio keuangan yang sehat dan tidak menciptakan persaingan bunga yang kurang sehat,” ujarnya.
Selanjutnya, perbankan juga diminta untuk tetap menjagatransparansi dan perlindungan konsumen dalammenyampaikan informasi terkait produk perbankan.