Rupiah Lesu terhadap Dolar AS Imbas Sentimen Ini

4 hours ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Analis mata uang, Ibrahim Assuaibi menyoroti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi dalam Dia menilai, kondisi ini menjadi sebuah peringatan bagi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

Pelemahan rupiah meski turut dipengaruhi faktor eksternal, Ibrahim menyoroti beberapa kebijakan Purbaya. Misalnya, gelontoran Rp 200 triliun ke bank BUMN hingga penolakan terhadap rencana tax amnesty jilid 3. Dia menuturkan, tax amnesty ini diperlukan di Indonesia, mengingat perbedaan karakter kepatuhan pajak di RI hanya sekitar 30%.

"Ini warning sekali," kata Ibrahim saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (26/9/2025).

"Bank Indonesia menurunkan suku bunga tujuannya adalah untuk menyeimbangi apa yang diinginkan oleh Purbaya tetapi kenyataannya bahwa rupiah masih melemah," ia menambahkan.

Ibrahim mengatakan, perlu keseimbangan kebijakan antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia yang bisa menjaga nilai mata uang rupiah. Intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) terhadap pasar NDF dan DNDF menurut dia saat ini tidak seimbang.

"Purbaya berbeda dengan kebijakan Sri Mulyani yang seimbang dengan Bank Indonesia. Jadi wajar kalau rupiah ini terus mengalami pelemahan. Saya menganggap bahwa kalau seandainya seperti itu terus, kemungkinan besar mata uang rupiah ini akan Rp 17.000 (per dolar AS)," tutur dia.

Nilai Tukar Rupiah Melemah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat melemah ke level Rp 16.775 pada perdagangan Jumat, 26 September 2025. Angka tersebut melemah 26 poin atau 0,15 persen dari sebelumnya Rp 16.749 per dolar AS.

Pada Kamis, 25 September 2025, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI juga tercatat melemah ke level Rp 16.752 per dolar AS, dari sebelumnya Rp 16.680 per dolar AS. Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka, Sutopo Widodo menyampaikan analisanya.

"Tren Rupiah belakangan ini menunjukkan pelebaran jarak dari level fair valuation, didorong oleh sentimen global yang risk-off dan berkurangnya ekspektasi penurunan suku bunga Fed di sisa tahun 2025," kata Sutopo saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (26/9/2025).

Tekanan Buat BI

Dia menjelaskan, dengan posisi rupiah di atas 16.700 per dolar AS memberikan tekanan terhadap Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan mata uang. Kemungkinannya bisa dilakukan melalui intervensi ke pasar valuta asing maupun potensi penyesuaian suku bunga acuan.

"Meskipun kebijakan terakhir ini berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi domestik," ujarnya.

Dia mencatat, nilai rukar rupiah telah turun 10,68 persen dalam 12 bulan terakhir. Ketidakpastian global hingga kebijakan moneter AS menjadi faktornya.

"Faktor domestik, seperti tingginya kebutuhan dolar AS untuk impor, pembayaran utang luar negeri korporasi, dan kekhawatiran terkait kebijakan fiskal dan politik, hanya memperparah kerentanan Rupiah terhadap guncangan Dolar yang perkasa," tutur dia.

Prospek Rupiah

Sutopo mengatakan, prospek rupiah ke depan sangat bergantung pada dua hal. Pertama, perubahan arah kebijakan moneter The Fed dan kedua, kemampuan Indonesia untuk menarik investasi langsung (FDI) serta mengelola neraca pembayaran. 

"Kecuali terjadi sinyal definitif dari The Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan, Rupiah diproyeksikan akan cenderung bertahan di level tertekan atau mengalami volatilitas tinggi," ucapnya.

"Di mana Bank Indonesia harus terus bekerja keras menopang nilainya untuk mencegah inflasi impor dan memburuknya beban utang korporasi," Sutopo menambahkan.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |