Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis pada perdagangan di awal pekan ini. Penguatan rupiah ini dipengaruhi sentimen eskternal yaitu kekhawatiran pasar terhadap sektor perbankan AS.
Pada Senin (20/10/2025), nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta menguat sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp 16.573 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.590 per dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan penguatan rupiah dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap sektor perbankan Amerika Serikat (AS) membaik.
“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar seiring membaiknya sentimen pasar dengan meredanya kekhawatiran di sektor perbankan AS,” ujarnya dikutip dari Antara.
Permasalahan sektor perbankan AS yang dimaksud adalah kebangkrutan dari First Brands Group dan Tricolor Holdings yang menyeret nama-nama korporasi bank besar seperti JP Morgan, Bank of America, dan Jefferies.
Standar Pinjaman yang Longgar
First Brands merupakan perusahaan pemasok suku cadang otomotif global, sedangkan Tricolor Holding bergerak di bidang pembiayaan mobil bekas berbasis teknologi finansial dan Artificial Intellingence (AI).
Kebangkrutan dua perusahaan yang terkait industri otomotif tersebut memicu kekhawatiran akan standar pinjaman nan longgar, terutama di pasar kredit swasta yang tak transparan.
Pemangkasan Suku Bunga BI
Namun, potensi penguatan kurs rupiah diperkirakan terbatas mengingat investor mengantisipasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) pada pekan ini.
“BI diperkirakan akan memangkas suku bunga dalam usaha mendukung dan sejalan dengan program stimulus ekonomi pemerintah,” ucap Lukman.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, nilai tukar rupiah diprediksi berkisar Rp 16.500-Rp 16.650 per dolar AS.