Liputan6.com, Jakarta - Konsultan keuangan pribadi asal Chicago, Michela Allocca, membagikan pengalaman finansial yang membawanya mencapai kekayaan bersih lebih dari USD 700.000 atau kurang lebih Rp 10,6 miliar di usia 30 tahun.
Dikutip dari CNBC Make It, Senin (18/8/2025), Michela Allocca mengatakan bahwa terkadang seseorang perlu membuat pengorbanan sementara untuk menjaga kestabilan finansial, bahkan ketika orang-orang di sekitarnya terlihat terus berbelanja.
“Kita sering merasa bahwa jika tidak memiliki sesuatu di awal usia 20-an, kita tidak akan pernah punya,” ujar Allocca, penulis buku Own Your Money.
“Padahal sering kali itu hanya hal-hal yang menjadi simbol status, bukan sesuatu yang benar-benar kita pedulikan," tambah dia.
Dalam sebuah unggahan di LinkedIn, Allocca membeberkan empat kebiasaan pengeluaran yang ia hindari di awal kariernya, serta apa yang ia lakukan sebagai gantinya.
Berikut ulasannya:
1. Tidak Banyak Bepergian
Allocca menyadari tekanan sosial untuk bepergian di usia 20-an sangat kuat, baik untuk “memperluas wawasan” maupun sekadar ikut-ikutan tren. Banyak anak muda mengambil perjalanan besar setelah lulus kuliah tanpa terlalu memikirkan biaya karena beranggapan “uang akan selalu datang.”
Namun, menurutnya, bahkan liburan hemat pun bisa menelan biaya USD 1.000–2.000. Menurut data yang diterbitkan pada bulan Januari oleh perusahaan kredit Experian mengungkapkan bahwa dalam satu kali perjalanan saja Gen Z dapat menghabiskan rata-rata USD 1.600 perbulan yang mana dengan uang segitu setara dengan dapat membayar satu bulan untuk sewa.
Saat berusia 22 tahun dan berpenghasilan USD 60.000 per tahun di Boston, harga tiket pesawat terasa mahal dibanding penghasilannya. Karena itu, ia memilih liburan domestik yang terjangkau. Baru di akhir usia 20-an, termasuk perjalanan ke Jepang, ia mulai merencanakan dan menganggarkan liburan besar dengan matang.
Meskipun kini ia bepergian dengan caranya sendiri, ia mengatakan bahwa “wajar dan tidak apa-apa” bagi orang-orang berusia 20-an untuk menunda perjalanan sampai mereka mampu membayar biayanya. “Kalau saya liburan, itu harus benar-benar karena saya ingin, bukan karena merasa tertekan untuk pergi,” tegasnya.