Liputan6.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto memamerkan capaian ekonomi nasional di satu tahun pemerintahannya pada Senin (20/10/2025). Prabowo mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional berada di angka 5 persen, salah satu tertinggi di antara negara-negara ekonomi tertinggu dunia, G20.
"Alhamdulillah kita mampu menjaga pertumbuhan ekonomi masih tetap tinggi dibanding seluruh dunia. Kita berada di 5 persen diantara G20 kita salah satu yang tertinggi dengan kondisi sekarang," kata Prabowo saat memimpin sidang kabinet paripurna di Istana Negara Jakarta, Senin (20/10/2025).
Selain itu, kata dia, tingkat inflasi Indonesia terjaga di angka 2 persen, salah satu terendah dibandingkan negara G20. Prabowo pun memuji kinerja para anggota kabinetnya.
"Kita mampu menjaga inflasi di sekitar 2 persen. Salah satu terendah di G20. Ini juga berkat hasil kerja keras kita semua," ujarnya.
Menurut dia, pemerintahannya memiliki teknik dalam mengendalikan inflasi yang tak diajarkan di fakultas-fakultas ekonomi dunia. Prabowo menyebut teknik tersebut dirintis oleh Presiden ketujuh RI Joko Widodo.
"Ini saya harus katakan salah satu teknik mengendalikan inflasi yang dirintis oleh pendahulu saya, Presiden Joko Widodo. Harus kita akui mungkin pengalamam beliau sebagai walkot sehingga beliau dengan teliti bisa menemukan bagaiman memantau dan mengendalikan inflasi," tutur Prabowo.
Prabowo meminta agar hal tersebut tak dianggap remeh. Sebab, kata dia, banyak negara yang tingkat inflasinya tinggi dan sulit untuk dikendalikan.
"Argentina saya kira yang begitu optimis satu dua tahun lalu, kondisinya sekarang juga tidak bagus. Dan banyak negara yang inflasi masih sulit untuk dikendalikan," jelas Prabowo.
Indonesia Cetak Inflasi 0,21% di September 2025, Ini Biang Keroknya
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2025 terjadi inflasi sebesar 0,21 persen.
"Pada September 2025 terjadi inflasi sebesar 0,21 persen secara bulanan, atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen atau IHK dari 108,51 pada Agustus 2025 menjadi 108,74 pada September 2025," kata Deputi Bidang Statistik Produksi M.Habibullah, dalam konferensi pers BPS, Rabu (1/10/2025).
Secara tahunan atau year on year terjadi inflasi sebesar 2,65 persen. Kemudian secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 1,82 persen.
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan inflasi sebesar 0,38 persen dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen.
Komoditas yang dominan kelompok ini adalah cabai merah, dan daging ayam ras, yang memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,13 persen.
Selain itu, komoditas yang juga memberikan andil inflasi adalah emas dan perhiasan sebesar 0,08 persen. Sigaret kretek mesin, biaya kuliah akademi perguruan tinggi, cabai hijau dan sigaret kretek tangan andil inflasi masing-masing 0,01 persen.
Disisi lain, BPS mencatat terdapat komoditas yang masih memberikan andil deflasi pada September 2025, yaitu komoditas bawang merah dengan andil deflasi 0,12 persen, komoditas tomat dengan andil deflasi 0,03 persen dan beberapa komoditas seperti bawang putih, cabai rawit, beras, ketimun dan biaya sekolah menengah atas dengan andil deflasi masing-masing 0,01 persen.
Berdasarkan Komponen
Lebih lanjut, Habibullah menyampaikan bahwa seluruh komponen mengalami inflasi pada September 2025. Adapun utamanya inflasi didorong oleh inflasi komponen inti sebesar 0,21 persen.
"Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,18 persen dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah akademi atau perguruan tinggi," ujarnya.
Selanjutnya, komponen harga bergejolak juga mengalami inflasi sebesar 0,52 persen dengan andil 0,09 persen.
Adapun komoditas yang paling dominan memberikan andil inflasi komponen bergejolak diantaranya komoditas cabai merah, daging ayam ras dan cabai hijau.
Selanjutnya, komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,06 persen dengan andil inflasi 0,01 persen.