Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memberikan pesan khusus kepada para kepala daerah agar menjaga inflasi tetap berada dalam target yang telah ditetapkan pemerintah setiap tahunnya.
Pesan tersebut ia sampaikan saat menghadiri untuk pertama kalinya Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah bersama Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian.
Purbaya menjelaskan pentingnya pengendalian inflasi karena berpengaruh besar terhadap stabilitas sosial, politik, dan ekonomi. Ia menilai, tanpa stabilitas harga, seorang pemimpin akan sulit mempertahankan kepercayaan publik maupun kekuasaannya.
Ia mencontohkan masa kepemimpinan Presiden Soeharto yang mampu menjaga kestabilan harga, terutama harga beras, sehingga berhasil mempertahankan kekuasaan selama lebih dari tiga dekade.
“Jadi salah satu rahasia kenapa Pak Harto bisa bertahan 32 tahun dia bisa jaga stabilitas harga beras utamanya, yang lain akan ikut harga beras,” ujar Purbaya.
Pengaruh ke Elektabilitas
Lebih lanjut, ia menilai inflasi juga berpengaruh terhadap elektabilitas kepala daerah. Menurutnya, jika harga di daerah tidak terkendali, maka kemungkinan besar pemimpin tersebut tidak akan terpilih kembali dalam pemilu berikutnya.
Purbaya juga menekankan bahwa urusan kebutuhan pokok masyarakat masih menjadi faktor utama penentu stabilitas sosial dan politik. Ia menambahkan, bila seorang kepala daerah mampu menjaga stabilitas harga, maka posisinya di pemerintahan akan lebih kuat tanpa harus bergantung pada janji-janji politik.
“Kalau bapak ibu bisa kendalikan harga di daerah, hampir pasti bisa kepilih lagi tanpa embel-embel yang lain ya. Jadi perut masih merupakan alat politik utama di Indonesia ya, itu yang pertama,” kata Purbaya.
Dari total 38 provinsi di Indonesia, tercatat 25 provinsi yang tekanan inflasinya masih berada dalam kisaran target nasional. Sementara itu, Sumatera Utara mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 5,3%, dan Maluku Utara mengalami deflasi 0,2%.
Mendagri Dorong Pemda Kendalikan Harga Pangan Penyumbang Inflasi
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta pemerintah daerah (Pemda) untuk mengendalikan harga komoditas pangan yang menjadi penyumbang utama inflasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), cabai merah dan daging ayam ras menjadi komoditas penyumbang utama inflasi bulanan (month to month/M-to-M): September 2025 terhadap Agustus 2025.
“Penyumbang utama inflasi, untuk makanan, minuman, tembakau, artinya pangan terutama itu adalah cabai menempati posisi tertinggi, sama dengan daging ayam ras, yaitu 0,13 persen,” kata Mendagri dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (13/10) seperti dilansir Antara.
Mendagri menyampaikan bahwa inflasi nasional pada September 2025 mengalami kenaikan dibanding Agustus, yakni dari 2,31 persen menjadi 2,65 persen secara year on year. Sedangkan inflasi September 2025 terhadap Agustus 2025 (M-to-M) naik menjadi sebesar 0,21 persen.
Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Kenaikan Harga Cabai
Menurutnya, kenaikan harga cabai disebabkan oleh distribusi hasil panen yang belum optimal di beberapa daerah. Sementara kenaikan harga daging ayam ras karena adanya kebijakan penyesuaian harga yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian.
“Untuk melindungi peternak, karena mereka ada kenaikan ongkos produksi,” ujarnya.
Meski demikian, Mendagri menilai angka inflasi tersebut masih dalam kategori baik karena menunjukkan keseimbangan antara kepentingan produsen dan konsumen.
“Perlu ada keseimbangan antara melindungi produsen agar mereka tidak rugi, dan juga melindungi konsumen agar mereka tidak beli terlalu mahal dan barangnya tersedia,” kata Tito.
Mendagri menekankan pentingnya daerah-daerah yang masih mengalami kenaikan harga pangan melakukan pengendalian. Jajaran pemerintah pusat juga perlu memberikan perhatian terhadap daerah tersebut. Misalnya kenaikan harga cabai merah dapat diatasi dengan meningkatkan jumlah produksi dan memperbaiki distribusinya.