Liputan6.com, Jakarta Pertamina Patra Niaga mendorong dekarbonisasi sektor penerbangan melalui pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF). Pertamina Group sendiri telah memanfaatkan minyak jelantah menjadi SAF melalui ekosistem SAF terintegrasi dari pengumpulan, pengolahan, hingga distribusi.
Upaya ini tak hanya menekan emisi, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi sirkular bagi masyarakat dan mempercepat transisi menuju energi bersih. Hal tersebut terungkap dalam diskusi bertajuk Sustainability: Indonesia’s Emission Reduction Ambition and the Benefits of SAF pada Pertamina SAF Forum 2025.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra menyampaikan melalui penyelenggaraan Pertamina Sustainable Aviation Fuel Forum 2025, Pertamina Patra Niaga menegaskan komitmennya untuk berada di garis depan dalam pengembangan energi bersih bagi industri penerbangan.
“Forum ini menjadi ruang penting untuk memperkuat kolaborasi dan menegaskan kesiapan teknis Indonesia dalam menghadirkan bahan bakar penerbangan berkelanjutan yang kompetitif dan berstandar global,” terangnya, Senin (20/10/2025).
Country Manager Indonesia Cathay Pacific Airways Tony Sham, menyoroti pentingnya ekosistem dan kebijakan pendukung adopsi SAF di Asia.
“Cathay Pacific menargetkan 10% pemakaian pada 2030, sementara pada tahun 2024 saja Cathay Pacific telah menggunakan 6.884 KL SAF. Indonesia berpotensi menjadi pemasok strategis SAF berbasis minyak jelantah bila tantangan ketersediaan dan harga dapat diatasi melalui kolaborasi lintas pelaku,” jelasnya.
Sokhib Al Rokhman menegaskan pemerintah tengah memperkuat kebijakan untuk mempercepat penggunaan SAF yang selaras dengan roadmap dan standard internasional.
“Roadmap SAF, mekanisme MRV oleh operator, serta regulasi penerapan skema CORSIA telah disiapkan. Dengan sertifikasi sesuai ketentuan Ditjen Migas dan ICAO CORSIA, dan insentif yang proporsional, adopsi SAF di dalam negeri dapat dipercepat,” ujarnya.
Dekarbonisasi di Sektor Penerbangan
Sementara itu, Malcom An dari Boeing menyoroti bahwa upaya dekarbonisasi di sektor penerbangan membutuhkan pendekatan yang melibatkan seluruh industri.
“Boeing berupaya mewujudkan penerbangan yang lebih berkelanjutan melalui pesawat yang lebih baru dan efisien, energi yang lebih bersih, serta teknologi canggih. Di kawasan Asia Tenggara, minat untuk mengubah minyak jelantah dan limbah pertanian menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) terus meningkat.
Kawasan ini memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sendiri, bahkan berpotensi memproduksi lebih untuk diekspor,” ujarnya.
Dari sisi sertifikasi, CEO Qualitas Sertifikasi Indonesia, Ryanza Prasetya menegaskan pentingnya International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) CORSIA dalam menjaga integritas dan keberlanjutan rantai pasok SAF.
“Sertifikasi ini memastikan asal bahan baku, perhitungan emisi, dan ketelusuran di setiap tahap produksi berjalan transparan dan sesuai standar global,” ujarnya.
Pertamina Geber Proyek CEOR Minas untuk Tingkatkan Produksi Minyak Blok Rokan
Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus melakukan inovasi dalam upaya untuk meningkatkan produksi minyak di blok minyak dan gas (migas) Rokan, Provinsi Riau. Teranyar, Pertamina Hulu Rokan menjalankan proyek pengembangan teknologi Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) Minas Stage-1.
Teknologi ini dilakukan di sumur-sumur mature (tua) di Lapangan Minas untuk mendorong peningkatan produksi minyak secara signifikan. Lapangan Minas sendiri menghasilkan Sumatra Light Crude, yaitu minyak mentah ringan dengan kadar logam dan belerang rendah.
Sr. Engineer Petroleum Pertamina Hulu Rokan Kaisar Agus Dely Putra mengatakan, saat ini PHR tengah melakukan peremajaan fasilitas dan persiapan lainnya untuk memuluskan proyek CEOR yang diharapkan rampung di akhir tahun 2025.
"Penambahan produksi minyak diperkirakan baru mulai terlihat sekitar Juni 2026, atau 6 bulan sejak injeksi kimia dilakukan," ujar Kaisar, dikutip Sabtu (18/10/2025).
Kaisar menambahkan, dengan metode CEOR, diproyeksikan penambahan produksi minyak di Lapangan Minas bisa mencapai 2.800 barel per hari (bph). Hal ini akan mendorong peningkatan produksi minyak di Zona Rokan sebagai salah satu tulang punggung ketahanan energi nasional.
Angkat Sisa Minyak
PHR, imbuh Kaisar, menjalankan teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery) untuk mengangkat minyak yang tersisa di dalam reservoir yang tidak bisa diproduksikan secara primary dan secondary recovery. Potensi peningkatan produksi dengan metode ini masih sangat besar.
"Proses EOR bisa mengangkat sekitar 16% dari minyak yang ada di dalam reservoir. Dibutuhkanlah teknologi yang disebut CEOR," tandas Kaisar.
Kaisar menambahkan, metode CEOR dilakukan dengan injeksi bahan kimia yakni alkali, surfaktan, dan polimer. Injeksi bahan kimia ini juga disebut pengurasan minyak tahap lanjut. Cairan kimia ini akan membersihkan batuan yang berada di bawah reservoir sehingga minyak terangkat.
Diketahui, Lapangan Minas memiliki luas 204,37 km persegi, dengan jumlah sumur mencapai 1.982 dan sumur aktif sebanyak 1.243 sumur. Rerata produksi harian Lapangan Minas di tahun 2025 mencapai 29 ribu barel per hari.