Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya dalam menghadirkan pekerjaan ramah lingkungan atau green jobs. Hal ini diwujudkan melalui perusahaan dalam ekosistem Pertamina yang bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT).
Seperti diketahui, Pertamina dikenal fokus pada bisnis minyak dan gas bumi (migas) dengan lingkup emisi karbon yang tidak sedikit. Faktanya, Pertamina juga terlibat dalam proyek EBT.
"Green jobs kita ciptakan karena hilirisasi harus berdampak, harus bermakna bagi lapangan pekerjaan, bagi sumber daya manusia," ungkap Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, dalam Indonesia Connect by Liputan6, ditulis Sabtu (6/9/2025).
Hal ini dijalankan melalui Indonesia Battery Corporation (IBC), perusahaan patungan yang salah satu pemegang sahamnya adalah Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE). IBC bergerak di sektor ekosistem baterai kendaraan listrik, produk yang berkontribusi pada rendahnya emisi karbon.
Pertamina NRE juga turut menggandeng perusahaan China untuk membangun pabrik manufaktur panel surya di kawasan Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Keduanya menjadi contoh sebagian lini bisnis dalam ekosistem bisnis Pertamina yang berpihak pada kegiatan minim emisi karbon.
"Komponen untuk membangun listrik tenaga surya, untuk meningkatkan kandungan dalam negeri atau TKDN, dan juga menciptakan green jobs, lapangan kerja hijau," tandasnya.
Pabrik Panel Surya
Sebelumnya, Pertamina NRE menjalin kemitraan strategis dengan LONGi dalam proyek pembangunan pabrik panel surya berkapasitas produksi 1,6 Gigawatt (GW) per tahun. Kemitraan ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan awal (term sheet) di area pabrik solar panel di Cikarang pada Senin, 23 Juni 2025.
CEO Pertamina NRE John Anis mengatakan, pabrik panel surya ini nantinya diharapkan akan memberikan banyak nilai positif tidak hanya bagi kedua perusahaan tetapi juga bagi Indonesia. Proyek ini dinilai memiliki prospek dan potensi yang bagus.
“Pertamina NRE agresif untuk mengembangkan portofolio energi hijau. Untuk mencapai target ini tentunya kami perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan mitra strategis. Tujuannya adalah untuk berbagi risiko serta transfer pengetahuan. Untuk itu yang terpenting adalah memilih mitra yang tepat. Kami percaya dalam proyek pabrik solar panel ini LONGi adalah mitra yang paling tepat untuk kami dengan melihat kapabilitas serta pengalaman mereka,” ujar dia, Kamis (4/7/2025).
Kunci Sukses
Ada tiga hal yang menjadi kunci kesuksesan dalam industri manufaktur panel surya. Pertama, investasi yang besar untuk riset dan pengembangan.
Hal ini menjadi sangat penting di industri yang memiliki banyak pesaing. Dengan riset dan pengembangan yang kuat, maka akan dihasilkan produk dengan teknologi yang selalu mutakhir dibandingkan pesaing. LONGi secara konsisten terus memperbarui teknologinya sehingga panel surya yang diproduksinya memiliki tingkat efisiensi yang terus meningkat.
Teknologi panel surya terbarunya, Hi-MO 9, bahkan menjadi yang terbaik di dunia dari sisi efisiensi. Bukan itu saja, saat ini LONGi memiliki kapasitas produksi panel surya terbesar di dunia mencapai 120 GW per tahun.
Rantai Pasok Global
Kunci sukses kedua adalah modal yang kuat. Dengan modal yang kuat, kemampuan dalam menghadapi dinamika pasar akan lebih kuat. Dan yang ketiga adalah memiliki rantai pasok global yang kuat. LONGi saat ini telah memasok produk panel surya ke 30 negara dengan pengiriman modul lebih dari 80 GW pada tahun 2024.
John menambahkan bahwa kolaborasi dengan perusahaan manufaktur panel surya nomor satu di dunia dalam proyek ini akan memberikan manfaat positif bagi Indonesia.
Manfaat tersebut antara lain; memperkuat komitmen Indonesia dalam mempercepat transisi energi dan mencapai net zero emission tahun 2060, mengembangkan rantai pasokan industri panel surya di Indonesia dan mengurangi produk impor panel surya, transfer pengetahuan, mendukung realisasi RUPTL, serta meningkatkan kapabilitas industri dalam negeri dengan target capaian TKDN hingga 60 persen.