Permintaan Nikel untuk Baterai EV Masih Tertahan, Sebagian Produksi Dialihkan ke Pasar Lain

1 week ago 18

Liputan6.com, Jakarta - Eramet Indonesia menilai perkembangan industri baterai kendaraan listrik (EV battery) di Tanah Air belum sepenuhnya mendorong penyerapan produksi nikel. Alhasil, sebagian produksi bahan baku baterai masih dialihkan untuk kebutuhan lain, termasuk pasar stainless steel dan super alloys.

CEO Eramet Indonesia, Jérôme Baudelet, menyebutkan kapasitas produksi High Pressure Acid Leach (H-PAL) di Indonesia saat ini mencapai sekitar 400.000 ton. Dari jumlah tersebut, kapasitas terbesar berada di Weda Bay dengan fasilitas Huafei sebesar 120.000 ton, serta tambahan 60.000 ton dari perusahaan Blue Sparkling yang akan beroperasi pada tahun depan.

“Awalnya, semua kapasitas ini direncanakan untuk baterai. Tetapi perkembangan pasar baterai masih melambat. Jadi, sebagian produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) saat ini justru digunakan untuk membuat nikel metal,” kata Jérôme kepada wartawan usai acara Eramet Journalist Class: Memahami Industri Nikel Indonesia – Perspektif Terkini dan Praktik Berkelanjutan, Senin (25/8/2025).

Ia menambahkan, nikel metal yang diproduksi dari MHP dapat dipasarkan ke berbagai sektor industri. Selain dipakai untuk stainless steel dan super alloys, produk nikel juga diperdagangkan di London Metal Exchange (LME). Jérôme menyebut LME pada dasarnya membeli katoda nikel dan itulah mengapa persediaan LME akhir-akhir ini meningkat.

“Selama pasar baterai tidak tumbuh lebih cepat, sebagian produksi MHP akan tetap dikonversi menjadi nikel metal dan mungkin dijual ke LME atau ke industri lain yang menggunakan nikel metal,” jelasnya.

Eramet Indonesia menegaskan tetap melihat prospek jangka panjang industri baterai EV, meski saat ini penyerapan nikel untuk kebutuhan tersebut masih dalam tahap bertahap.

Dari Perut Bumi ke Masa Depan Teknologi: Potensi Logam Tanah Jarang Indonesia yang Jadi Rebutan

Logam Tanah Jarang atau Rare Rarth Elements (REE) mungkin masih jarang terdengar di telinga sebagian besar masyarakat. Namun komoditas ini ternyata menyimpan banyak kegunaan yang menjadikannya mineral langka yang diincar banyak negara.

Dalam buku yang berjudul Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia (2019) yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM, logam tanah jarang diklasifikasikan sebagai salah satu mineral strategis dan termasuk dalam kategori "critical mineral" yang terdiri dari 17 unsur kimia. Publikasi ini menjadi acuan penting bagi para peneliti dan industri dalam memahami potensi logam tanah jarang di Indonesia.

Ketujuh belas unsur kimia tersebut mencakup scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y). Masing-masing unsur ini memiliki karakteristik unik dan aplikasi spesifik dalam berbagai industri teknologi tinggi.

Meskipun begitu, elemen-elemen ini sangat menantang untuk diekstraksi karena konsentrasinya yang tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini memiliki banyak kemiripan karakteristik dan umumnya ditemukan bersama-sama dalam satu deposit secara geologis. Hal ini menyebabkan proses pemisahan dan pemurnian logam tanah jarang menjadi kompleks dan mahal.

Beberapa mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel. Yang menarik, logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara. Penemuan ini membuka peluang baru untuk eksplorasi dan ekstraksi logam tanah jarang dari sumber-sumber yang sebelumnya kurang diperhatikan.

Kegunaan Logam Tanah Jarang

Dikutip dari DW Indonesia, kelompok logam tanah jarang (LTJ) mengandung 17 elemen kimia yang memainkan peran kecil namun begitu signifikan untuk berbagai teknologi modern. 

Ponsel pintar, televisi digital berlayar datar, kamera digital, hingga lampu LED—semuanya bergantung pada elemen logam tanah jarang ini. Logam tanah jarang punya andil besar dalam pembuatan magnet permanen.

Magnet permanen dari logam tanah jarang ini dapat mempertahankan sifat magnetiknya selama puluhan tahun. Magnet ini kuat dan bisa dibuat lebih kecil dan ringan dibandingkan magnet alternatif yang terbuat dari material lain. Itulah mengapa komponen ini sangat penting dalam pengembangan kendaraan listrik dan turbin angin.

Kegunaan logam tanah jarang atau Rare Rarth Elements (REE) tidak sebatas pada teknologi digital tapi juga pada teknologi pertahanan, mulai dari jet tempur, kapal selam, hingga sistem pelacak laser.

Nilai strategis LTJ dari sisi ekonomi dan pertahanan, menjadikannya sangat berharga. Dua unsur tanah jarang yang paling penting untuk pembuatan magnet permanen, adalah neodymium(Nd) dan praseodymium(Pr). Harganya dibandrol seharga EUR 55 (sekitar satu juta rupiah) per kilogram. Sementara itu, unsur kimia lain pada LTJ yaitu terbium(Tb) bisa mencapai harga hingga EUR 850 (16 juta rupiah) per kilogram.

Asal Logam Tanah Jarang

Meskipun disebut "jarang", unsur tanah jarang sebenarnya cukup melimpah di lapisan bumi. Tantangannya adalah menemukan lokasi dengan kandungan LTJ yang tinggi untuk ditambang dan diekstrasi, sehingga menguntungkan secara finansial.

Menurut US Geological Survey, sekitar 70% pasokan global unsur tanah jarang saat ini ditambang di utara Cina, di tambang Bayan Obi. Tambang ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tambang mineral besar dunia yang terletak di Gunung Weld, Australia, atau Kvanefjeld, Greenland.

Setelah ditambang, unsur logam tanah jarang harus melalui proses pemisahan dan pemurnian yang kompleks agar bisa digunakan. Proses lanjutan ini sebagian besar juga dilakukan di Cina, menjadikan negara tersebut tidak hanya sebagai pemasok utama logam tanah jarang, tetapi juga produsen utama magnet berbasis berbahan dasar logam tanah jarang.

Monopoli unsur tanah jarang tertentu terasa makin kuat. Unsur tanah jarang dikelompokkan menjadi tiga kategori, berdasar berat atom yang dimilikinya: ringan, sedang, dan berat. Unsur ringan umumnya lebih mudah ditemukan dan kurang bernilai ekonomis, kecuali neodymium dan praseodymium. Sekitar 80–100% pasokan tanah jarang ringan Uni Eropa berasal dari Cina. Untuk tanah jarang kategori berat, yang sulit ditemukan dan sulit diproses, UE sepenuhnya bergantung pada Cina.

Alasan Disebut Tanah Jarang

Komoditas ini diberi nama logam tanah jarang berdasarkan anggapan awal bahwa keberadaannya langka di alam. Namun faktanya, LTJ ini berlimpah, bahkan melebihi beberapa unsur lain dalam kerak bumi.

Ironisnya, meskipun berlimpah, proses ekstraksi dan pemurniannya yang rumit membuat logam tanah jarang tetap menjadi komoditas yang berharga.

Terlepas dari tantangan dalam ekstraksinya, sumber daya logam tanah jarang ini sangat diminati oleh berbagai pihak. "Harta karun" ini memiliki beragam manfaat dan menjadi bahan baku esensial untuk berbagai peralatan berteknologi modern, termasuk baterai, telepon seluler, komputer, dan industri elektronika.

Selain itu, logam tanah jarang juga krusial dalam pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB).

Lebih jauh lagi, logam tanah jarang menjadi komponen vital dalam industri pertahanan dan pengembangan kendaraan listrik, menunjukkan perannya yang semakin penting dalam transisi menuju teknologi yang lebih bersih dan efisien. 

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |